Sayangnya, kami tidak mengadakan kenduri Imlek, Waisak dan Nyepi karena tidak ada yang memperingatinya. Kalau saja ada kenduri Imlek, selain ada berkat makanan, mungkin akan dapat angpau juga ya?
Senin, 30 Desember 2013
Kenduri Natal 2013 di Yogyakarta
Sayangnya, kami tidak mengadakan kenduri Imlek, Waisak dan Nyepi karena tidak ada yang memperingatinya. Kalau saja ada kenduri Imlek, selain ada berkat makanan, mungkin akan dapat angpau juga ya?
Selasa, 24 Desember 2013
Cara Membuat Blog Bahasa Inggris
Dulu, ketika pertama kali membuat blog, saya sempat terpikir untuk memilih bahasa yang ingin saya gunakan. Pada waktu itu saya memilih untuk mencampur blog saya. Ketika saya ingin menulis dalam bahasa Indonesia, saya langsung posting dalam bahasa Indonesia. Nah, ketika saya ingin menulis blog dalam bahasa Inggris, saya langsung saja menulisnya. Belakangan hal itu menjadi cukup membingungkan karena malah isi blog menjadi campur aduk.
Akhirnya, pada tahun 2010 saya mencoba membuat subdomain untuk memisahkan antara blog berbahasa Inggris dan blog berbahasa Indonesia. Saya menggunakan domain utama wahyu.com (belakangan saya menggunakan www.wahyu.com karena alasan teknis hosting) untuk postingan bahasa Inggris dan id.wahyu.com untuk postingan berbahasa Indonesia. Akhirnya setelah 3 tahun kemudian, pada bulan Nopember 2013, saya baru berhasil memindahkan postingan-postingan berbahasa Indonesia di www.wahyu.com ke id.wahyu.com dan saya membuat redirect 301 agar yang masih tersesat ke URL lama masih bisa ‘tertolong’ untuk menuju ke URL yang baru dengan isi posting yang sama.
Mengenai kemapuan grammar yang pas-pasan, menurut saya untuk menulis blog dalam bahasa Inggris atau bahasa apapun, ya tulis saja, tidak perlu takut grammar benar atau salah, meskipun kadang kesalahan grammar juga bisa berakibat fatal. Namun kepercayaan diri merupakan modal utama. Apalagi saya hidup bukan di tempat orang yang berbicara dengan bahasa Inggris, sehingga pasti ada saja kesalahan dan kesulitan untuk memeriksa kebenaran grammar.
Tetapi prinsip dasar suatu bahasa kan sepanjang penulis dan pembaca sepaham dengan maksudnya, berarti kan tidak ada masalah?
Senin, 23 Desember 2013
Tempat Cukur di Jayapura
Cukur atau potong rambut merupakan salah satu jasa yang diperlukan agar penampilan kita bisa lebih rapi. Nah, di Jayapura ini banyak sekali salon atau tempat cukur rambut yang tersedia, mulai dari cukur Madura sampai cukur ‘bermerek’ seperti Rudy Hadisuwarno yang memiliki beberapa gerai di Jayapura.
Salah satu favorit saya adalah cukur pria dari Madura, yang terletak di depan pintu masuk Gereja Katolik Paroki Kristus Juruselamat, Kotaraja. Tempat cukur ini buka dari pagi jam 9 sampai jam 9 malam. Harga Dewasa dipatok Rp. 30.000, dan anak-anak Rp. 25.000. Sempat pernah ada harga ABG, yaitu Rp. 28.000, namun belakangan tarif ABG tidak diberlakukan lagi.
Sesuai standar cukur Madura, kita akan dicukur sesuai dengan permintaan kita, dan saat finishing kita akan dicukur dengan menggunakan pisau silet yang baru. Hal ini karena pisau cukur merupakan salah satu media yang bisa menularkan berbagai penyakit, seperti HIV/AIDS. Ketika cukur sudah selesai, biasanya kita akan menerima pijatan di pundak dan kepala sebagai salah satu bentuk relaksasi setelah 15 menit tegang bersama mesin cukur.
Bisnis cukur rambut ini cukup menjanjikan. Rata-rata sehari pencukur memperoleh 15-30 job. Makanya, satah satu ‘hair stylist’ di tempat ini rela pensiun sebagai guru di Madura dan merantau ke Jayapura menjadi tukang cukur. Dari tarif yang diberlakukan, mereka melakukan bagi hasil dengan pemilik tempat, dengan pembagian 60:40. Bagian 60 adalah untuk pencukur, sedangkan 40 untuk pemilik tempat. Khusus untuk cukur kumis, 100 persen masuk kantong pencukur, atau mereka sebut sebagai ceperan. Maka tak heran biasanya ketika mereka mencukur, di akhir proses pencukuran, mereka akan berkata, “Kumis?”
Kamis, 19 Desember 2013
Transportasi Publik di Bandara Sentani Jayapura
Jayapura memiliki jalan yang terbatas, namun dengan kendaraan yang semakin banyak, jalanan menjadi macet. Salah satu yang bisa terlihat adalah ketika pertama kali tiba di Jayapura dengan menggunakan pesawat udara. Begitu mendarat di Sentani, kita akan disuguhi dengan banyaknya orang yang datang dan pergi melalui bandara ini. Jarak antara Bandara Sentani dengan Kota Jayapura adalah sekitar 40 km. Bagi orang yang berkunjung ke Jayapura, ketersediaan transportasi darat untuk menuju Kota Jayapura mutlak diperlukan. Berikut ini beberapa alternatif transportasi dari dan menuju Bandara Sentani.
Taksi Bandara
Ketika keluar di pintu kedatangan Bandara Sentani, akan nampak loket kecil yaitu loket airport taxi. Dengan memesan di loket tersebut, penumpang akan mendapatkan harga yang fix sesuai dengan tempat yang ingin dituju. Sebagai gambaran, untuk perjalanan dari Bandara Sentani ke Kota Jayapura tarif dipatok sekitar 350-400 ribu rupiah. Ada juga beberapa armada taksi tidak resmi yang beroperasi, tinggal tawar menawar saja dengan sopirnya. Biasanya penumpang tetap ada yang mengambil taksi tidak resmi karena sekalian ingin rental beberapa hari selama kunjungan di Jayapura. Armada yang tersedia mulai dari sedan sampai dengan minibus seperti Avanza-Xenia dan Innova.
Ojek
Ojek atau taxi motor tersedia di kawasan bandara dengan tarif yang bervariasi, mulai dari Rp. 10.000 untuk jarak dekat sampai dengan 100.000 untuk antar ke area Kota Jayapura. Ojek bisa menjadi alternatif untuk menerobos macet ketika cuaca cerah dan barang bawaan tidak terlalu banyak.
Taksi Angkutan Kota
Di jayapura, angkot disebut sebagai taksi. Untuk menggunakan angkot, tinggal keluar dari area bandara dan berjalan sekitar 100 meter ke perempatan pos Polisi Bandara. Tarifnya adalah Rp.3.000,- s.d. Rp. 5.000,- sekali jalan. Untuk menuju kota Jayapura memerlukan pergantian jalur sekitar 6 kali: Sentani-Expo Waena, Expo Waena-Abepura, Abepura-Entrop, Entrop-Terminal Mesran, Terminal Mesran-Kota Jayapura. Cukup dengan berdiri menunggu saja, biasanya taksi ini akan ada setiap 5 menit.
DAMRI Bandara
Nah, angkutan ini tersedia setiap jam. Perum DAMRI mengoperasikan 4 buah armada untuk melayani rute Bandara Sentani – Kota Jayapura dengan tarif Rp. 50.000 sekali jalan. Dengan hanya ada 4 armada, menurut saya ini masih kurang. Namun animo masyarakat untuk naik armada DAMRI ini juga masih sedikit, karena lebih banyak yang suka ke Bandara Sentani dengan kendaraan pribadi. Pemakaian kendaraan pribadi inilah salah satu yang menyebabkan terjadinya kemacetan seperti yang ada di awal tulisan ini.
Sabtu, 14 Desember 2013
Shopping Mall, Pusat Perbelanjaan di Wamena
Beberapa waktu yang lalu saya bercerita mengenai tempat belanja kebutuhan pokok di Wamena. Nah, sekarang saya mau cerita lagi mengenai Shopping Mall di Wamena. Bangunan yang memiliki 3 lantai terletak di Jalan Trikora Wamena ini disebut sebagai Mall Wamena.
Pembangunan Mall ini sudah tertunda cukup lama sejak era pemerintahan Bupati David Hubi. Di tangan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya, Bapak John Wempi Wetipo dan John Richard Banua, bangunan yang sudah lama mangkrak ini dilanjutkan pembangunannya dan mulai diresmikan pada pertengahan tahun 2013. Di dalam Mall Wamena terdapat berbagai merchant, mulai dari dealer mobil sampai toko buku.
Begitulah, Wamena tidak selalu identik dengan koteka dan rumah honai, terutama ketika kita berbicara mengenai pembangunan perkotaannya. Meskipun masih belum bisa dijangkau dengan jalan darat dari Jayapura, pembangunan Bandara Wamena yang memungkinkan pesawat kargo narrow body sekelas Boeing 737 bisa mendarat memungkinkan barang-barang yang semula susah masuk ke Jayawijaya menjadi lebih mudah dan lebih murah untuk diperoleh.
Rabu, 11 Desember 2013
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual
Ketika kita berbicara mengenai akuntansi, kita bisa belajar mengenai basis dari akuntansi. Di dalam pengelolaan keuangan di Pemerintah, sering disebut istilah mengenai akuntansi berbasis akrual. Sebenarnya, apa itu akuntansi berbasis akrual? Namun sebelum itu, mungkin baiknya kita mempelajari mengenai basis akuntansi.
Akuntansi Berbasis Kas
Dengan akuntansi berbasis kas, kita membukukan semua transaksi saat kas benar-benar berpindah tangan, berarti saat pembayaran tunai diterima atau dibayar. Penerimaan kas atau pembayaran bisa dalam bentuk uang tunai, cek, kartu kredit, transfer, atau cara lain. Akuntansi berbasis kas bagus digunakan untuk transaksi sederhana secara tunai, yang tidak melibatkan pembayaran dengan sistem jatuh tempo (kredit). Ketika kita melakukan penjualan atau pembelian secara kredit, basis kas tidak secara akurat mencerminkan hasil dari operasi. Basis kas tidak menyediakan sistem untuk mengelola tagihan yang belum dibayar atau untuk melacak piutang dari pelanggan.
Akuntansi Berbasis Akrual
Dengan akuntansi berbasis akrual, kita membukukan semua transaksi ketika transaksi tersebut terjadi, bahkan jika tidak ada uang tunai berpindah tangan. Akuntansi berbasis akrual bagus untuk mencocokkan antara pendapatan dan belanja, namun tidak bagus bagi pencatatan kas. Hal itu karena kita mencatat pendapatan pada saat transaksi terjadi dan bukan ketika kita menerima uang tunai, sehingga laporan surplus defisit akan terlihat besar meskipun kita tidak memiliki uang tunai di bank. Akuntansi berbasis akrual memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai surplus atau defisit karena mencakup semua pendapatan dan belanja, baik yang sudah dibayar atau belum dibayar.
Misalnya, di lingkungan Pemerintahan Daerah, ada potensi penerimaan mengenai retribusi tertentu yang langsung dibukukan sebagai pendapatan di kolom kredit dan piutang di kolom debet, namun jika wajib pajak lambat membayar, maka di dalam laporan keuangan akan berakhir dengan pendapatan yang besar, namun uang tunai di kas sedikit.
Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual
Di dalam lingkungan pemerintahan, dikenal pula sebutan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual), yang merupakan kombinasi dari akuntansi berbasis kas dan akuntansi berbasis akrual. Akuntansi berbasis kas digunakan dalam pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sedangkan akuntansi berbasis akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Referensi:
http://www.dummies.com/how-to/content/deciding-between-cashbasis-and-accrual-accounting.html
Sabtu, 07 Desember 2013
Mengenal Bahasa Wamena: Wam
Kali ini saya akan membahas mengenai bahasa orang Wamena. Istilah ‘wam’ ini cukup terkenal di daerah Pegunungan Tengah Papua karena merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok orang di sana.
Kita mulai dari salah satu foto di rumah makan yang ada di depan Samsat Wamena di Jl. Yos Sudarso Wamena, Jayawijaya. Rumah makan yang dikelola Pak Wenang ini menjual wam dan RW. Singkatan dari RW adalah merujuk kepada bahasa Tombulu (Minahasa) yaitu “rintek wuuk” atau bulu halus. Ini adalah bahasa halus untuk anjing. Kalau dalam bahasa Jawa saya ingin sekali menyingkat RW dalam kearifan lokal Jogja menjadi SG atau segawon atau mungkin jika ada yang ingin bikin warung makan bisa pakai nama Nasi Pawon (Nasi Pakai Segawon) untuk mengganti istilah sengsu yang menurut saya sudah terlalu mainstream.
Dengan menganalisa kata RW, kita bisa membuat asosiasi antara RW dengan wam, yaitu mereka adalah sama-sama binatang. Dan inilah penampakan wam setelah matang. Makanan berikut disebut sebagai wam kecap.
Ketika saya bertanya kepada kebanyakan orang di Wamena, mereka mengasosiasikan wam adalah hewan yang disebut sebagai babi. Namun, saya mencoba menelusuri lebih jauh mengenai istilah wam ini.
Lalu saya bertanya lebih lanjut mengenai bahasa untuk sapi, anjing, kuda, buaya. Mereka juga menjawab bahwa itu juga wam. Menurut beberapa penutur bahasa di sana, mereka mengatakan bahwa wam adalah untuk menyebut hewan besar yang memiliki kaki 4. Mengenai asosiasi dengan babi, karena pada waktu itu di wamena sebelum masuknya peradaban dari luar, hewan yang hidup hanya babi saja. Jadi mereka tidak memiliki bahasa asli untuk hewan besar berkaki empat yang lain.
Terlepas dari kontroversi mengenai haramnya produk ini, harga seekor wam di sini cukup fantastis. Rata-rata seekor wam dewasa siap untuk bakar batu harganya bisa mencapai harga 30 juta rupiah. Sapi Bali yang hidup di sini paling laku rata-rata 5 juta rupiah seekor. Hal ini karena wam digunakan sebagai aset untuk menunjukkan status sosial, untuk pembayaran tertentu, misalnya untuk mahar perkawinan atau untuk membayar denda.
Dalam kasus membayar denda, misalnya ada seorang yang meninggal karena dibunuh, maka biasanya nyawa ganti nyawa yang menyebabkan adanya perang suku. Namun, dalam kondisi tertentu perdamaian bisa dilakukan dengan membayar denda tertentu, misalnya orang yang sudah terbunuh diganti dengan wam dengan jumlah tertentu sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Itulah informasi sekilas mengenai wam. Wa.. wa.. wa..!!
Selasa, 03 Desember 2013
Pasar Tempat Belanja Kebutuhan Pokok di Wamena
Jika kita mengunjungi Kota Wamena di Kabupaten Jayawijaya, tentu saja akan banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi agar bisa tinggal dengan layak. Saya kadang mengunjungi Wamena agak lama dan tinggal di rumah sewa. Untuk memenuhi kebutuhan makanan harian, saya biasa makan di warung makan dengan biaya bervariasi, antara Rp.20.000,00 sampai dengan Rp.70.000,00 sekali makan.
Salah satu faktor yang menjadi permasalahan ketika makan di warung makan adalah kita tidak bisa memastikan kebersihan peralatan makan maupun makanan yang kita makan. Untuk itu, saya dan rekan-rekan serumah sering berbelanja di pasar untuk “merakit” alias memasak sendiri makanan kami. Nah, di Wamena ini ada banyak pasar yang masing-masing bisa dijangkau dengan sepeda motor dalam hitungan menit. Beberapa di antaranya adalah: Pasar Sinakma, Pasar Putikele, Pasar Baru, Pasar Woma.
Ada satu tempat jual beli bahan makan yang sering saya sebut sebagai “Pasar Safri Darwin”. Saya sebut seperti ini karena tempat ini adalah kompleks pertokoan yang terletak di Jalan Safri Darwin Wamena. Jalan ini bersimpangan dengan Jalan Irian Bawah, yang juga merupakan pusat jual beli berbagai barang kebutuhan rumah tangga, mulai dari makanan sampai peralatan elektronik dan rumah tangga. Di ujung Jalan Irian Bawah pas “tusuk sate” terdapat Bank Mandiri yang tepatnya terletak di Jalan Trikora. Kantor Bank Mandiri Cabang Wamena ini cukup terkenal di media sosial dengan foto masyarakat asli yang menggunakan koteka sedang berkonsultasi dengan customer service. Dan setelah beberapa kali ke situ, saya melihat hal itu memang betul sering terjadi.
Kembali membahas ke pertokoan di Jalan Safri Darwin, di kompleks pertokoan ini ktia bisa membeli bahan makanan yang sebagian besar didatangkan dari Jayapura dengan menggunakan pesawat udara kargo. Ada juga sayur-sayuran, buah, dan ikan air tawar yang merupakan produksi lokal yang biasa dijual masyarakat asli.
Harga cukup bervariasi, namun saya sempat sedikit kaget ketika menawar buah mangga, karena di situ harga mangga dibanderol Rp. 45.000,00/kg. Kekagetan saya adalah mungkin karena biasanya harga mangga di Jogja tidak sampai Rp.10.000,00/kg. Saya mencoba menimbang, dan ternyata 1 buah mangga beratnya setengah kilo, alias dengan uang Rp.45.000,00 saya hanya bisa membawa 2 buah mangga. Akirnya saya urungkan niat dan saya ganti dengan memberi jeruk seharga Rp.30.000/kg. Selain lebih murah, saya bisa memperoleh banyak buah jeruk yang cukup untuk kami bagi di rumah.
Minggu, 01 Desember 2013
Penerbangan Jayapura Wamena dengan Pesawat Trigana Air Boeing 737-200
Sudah sejak tahun 2011, selain menggunakan pesawat jenis Hercules C-130 TNI AU, maupun pesawat regional yang dioperasikan oleh Manunggal Air, Deraya Air, Nusantara Air, penerbangan cargo dari Jayapura ke Wamena mulai menggunakan pesawat narrow body jenis Boeing 737-200 dan 737-300, yaitu Trigana Air, Cardig Air, Republic Express (RPX), dan Jayawijaya Dirgantara. Namun saat itu belum ada penumpang yang diangkut menggunakan pesawat jenis ini.
Mulai Nopember 2013, Trigana Air mulai mengoperasikan Boeing 737-200 untuk melayani penumpang. Dari Jayapura, penumpang yang diangkut bisa mencapai 100 an orang (full seat), namun untuk alasan keamanan saat take-off, dari Wamena ke Jayapura maksimum diisi 60 penumpang.
Saya berkesempatan untuk menaiki armada 737-200 ini. Penerbangan Trigana Air Jayapura-Wamena dengan nomor penerbangan IL-27x adalah penerbangan dengan menggunakan pesawat Boeing, sedangkan IL-24x adalah menggunakan jenis ATR. Huruf x adalah urutan penerbangan, jika ganjil (misalnya IL-271) berarti dari Jayapura ke Wamena, sedangkan jika genap (misal IL-272) adalah penerbangan dari Wamena ke Jayapura. Salah satu keunikan dari penerbangan ini adalah larangan membuang ludah pinang di pesawat. Mungkin ini satu-satunya peringatan di pesawat mengenai pinang.
Yang membuat saya senang dengan Trigana Air Boeing 737-200 PK-YSA ini adalah jarak antar kursinya sangat lapang, meskipun menurut saya tidak terlalu penting untuk penerbangan 30 menit. Dan rasa klasik itu sungguh terasa ketika berada di pesawat yang umurnya hampir sama dengan umur saya. Penumpang juga memperoleh sajian berupa minuman ringan berupa teh dalam kemasan kotak.
Rencananya, maskapai Garuda Indonesia juga akan mengoperasikan armada Explorer jenis ATR untuk melayani rute Jayapura - Wamena di awal tahun 2014. Hal ini sudah terlihat dari dibukanya lowongan pegawai Garuda Indonesia di Wamena dan juga public release di berbagai surat kabar. Dengan kondisi bandara Wamena yang sekarang, secara pribadi saya lebih senang jika penerbangan Garuda Indonesia ke Wamena dilayani dengan CRJ-1000, karena penerbangan akan menjadi lebih cepat. Namun adanya layanan dari Garuda Indonesia ini semestinya akan memungkinkan saya memesan tiket dari Yogyakarta ke Wamena dalam 1 kode booking.
Minggu, 24 November 2013
Pindah Rumah Virtual
Salah satu alasannya adalah karena keterbatasan waktu saya untuk melakukan maintenance data maupun keamanan web saya ini. Selain itu, comment spam adalah hal yang paling susah untuk diperangi, meskipun saya sudah menggunakan Akismet sebagai plugin untuk melawan spam ini. Belum lagi, mencari hostingan yang cepat dan reliabel untuk Wordpress adalah hal yang cukup sukar, terlebih jika dananya terbatas. Hostingan website saya di hostnine.com sering down, mungkin perusahaan hostingnya melakukan penjualan produknya melebihi kapasitas (oversold). Bahkan, dengan plugin cache pun kurang banyak membantu.
Sempat ingin menggunakan fasilitas hosting yang dimiliki Wordpress.com atau Tumblr, namun setelah saya review, saya memilih Blogger. Untuk mengkonversi data dari Wordpress ke Blogger, saya menggunakan bantuan Wordpress2Blogger untuk mengubah data dari format ekspor data Wordpress ke format import Blogger. Untuk mengatasi ukuran file yang besar, saya pecah dengan menggunakan WXR File Splitter.
Permasalahan dalam konversi ini adalah kesulitan mempertahankan URL lama, karena ada format permalink yang berubah pada beberapa postingan. Jadi, para pencari data melalui mesin pencari akan mendapat kesulitan pada beberapa halaman tujuan yang mungkin masih disimpan oleh mesin pencari atau website lain yang mengaitkan tautan ke URL lama.
Nanti kita lihat, sejauh mana hal ini akan diterapkan. Semoga berhasil!
Selasa, 10 September 2013
Content Delivery Network (CDN) Indonesia
Salah satu reseller Akamai yang pernah saya gunakan adalah Rackspace, yang mengintegrasikan layanan storage service mereka dengan menggunakan Akamai sebagai CDN. Nah, masalahnya adalah saya ingin menggunakan CDN untuk menyimpan data seluruh website, termasuk file HTML. Saya akhirnya mencoba menggunakan CloudFlare, namun CloudFlare tidak menyimpan atau melakukan cache pada file HTML.
Tiba-tiba ada email masuk dari CDN.NET yang menawarkan produknya dengan free trial 1 TB untuk 1 bulan, dan saya mencobanya. Ternyata, CDN.NET ini memiliki PoP di Bekasi. kesan pertama, CDN.NET ini menggunakan nginx sebagai enginenya, dan konfigurasi serta updatenya cukup cepat. Pada awal-awal waktu mencoba, CDN.NET memiliki DNS server yang lambat, namun setelah satu bulan, sepertinya mereka melakukan upgrade, sehingga DNS server mereka sekarang lebih cepat.
Baru beberapa waktu yang lalu saya mencoba masuk lagi ke dalam fitur mereka, dan mendapatkan bahwa saya bisa memilih server mana saja yang ingin saya gunakan sebagai PoP, dan juga dapat melakukan blocking pengguna dari negara-negara tertentu. Overall, saya cukup puas menggunakan layanan CDN.NET ini, karena fitur yang ada di dalamnya mengakomodir kebutuhan saya.
Selasa, 06 Agustus 2013
Project Cerita Lawak
Memang sumber dari cerita-cerita tersebut tidak jauh dari pengumpulan dari Internet. Namun setidaknya, saya sedang mencoba membuat satu basis data yang berisi koleksi jokes dalam bahasa Indonesia maupun Melayu agar menjadi tempat yang representatif agar orang mudah mencari arsip cerita lucu. Tentu saja para pengunjung bebas mengambil dan mencopy sebagian atau seluruh isinya sebagai alat hiburan.
Ada yang mau menjadi voulenteer untuk mengisi content?
Selasa, 04 Juni 2013
Pesawat dari Singapura ke Yogyakarta
Sehari setelah mendarat di Singapura, akhirnya, tanggal 28 pagi kami bersiap-siap berangkat melanjutkan perjalanan dari Singapura pulang menuju ke Yogyakarta dengan menggunakan Indonesia Air Asia QZ-8103 dari Changi Airport (SIN) Terminal 1 pukul 11.15 GMT+8 dan menuju ke Adi Sucipto Airport Yogyakarta (JOG) pukul 12.25 GMT+7.
Dari total keseluruhan “kargo” yang kami bawa, tercatat kami menambah 1 muatan koper besar. Ini merupakan perjalanan 9 hari yang cukup menguras tenaga, namun dari semuanya itu, kami sekeluarga menyimpulkan bahwa ini adalah perjalanan yang menggembirakan. Dan kami bersyukur kepada Tuhan atas perlindungan selama perjalanan, cuaca yang tepat, juga untuk orang-orang yang kami temui, dan juga tempat-tempat yang kami kunjungi.
Dari sisi biaya? Total biaya perjalanan kami per orang kurang lebih sama dengan ongkos yang harus kami keluarkan jika membayar di travel agent untuk perjalanan Hong Kong-Macau-Shenzhen dari Yogyakarta, namun biaya kami itu sudah biaya keseluruhan, termasuk tiket, belanja, makan, tip, dan biaya masuk ke tempat-tempat kunjungan wisata. Dalam perjalanan kami ini kami memperoleh “bonus” kunjungan ke 2 tempat, yaitu Kuala Lumpur dan Singapura.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Senin, 03 Juni 2013
Penerbangan dari Macau ke Singapura
Selesai transit di Macau, kami melanjutkan perjalanan tanggal 27 Mei 2013 menggunakan pesawat udara dari Macau menuju ke Singapura. Kami memesan tiket Tiger Airways dengan nomor penerbangan TR 2903 berangkat pukul 10:35 GMT+8 dan tiba pukul 14:20 GMT+8.
Tiba di Changi, kami langsung naik MRT menuju ke Porcelain Hotel di Chinatown. Kami senang dengan hotel ini karena dekat sekali dengan stasiun MRT NE4 Chinatown. Selain itu kita juga bisa berbelanja di Chinatown dengan harga yang miring. Menurut pengamatan saya setelah beberapa kali ke situ, produk yang disukai oleh orang Indonesia di Chinatown Singapura adalah kaos dan gantungan kunci, hahaha…
Malam harinya, kami bertemu dengan rekan kami di sana, yaitu Budi Wijaya dan Audrey Koh dari INSITU Asia. Kalau Mr. Budi ini sebenarnya kelahiran Solo, namun saat masih muda bermigrasi ke Singapura, jadi masih bisa roaming dengan menggunakan bahasa Indonesia atau sedikit bahasa Jawa. Orang tuanya masih tinggal di Solo. Kami biasa membantu mereka untuk desain grafis dan HTML dan berbagi permasalahan teknis terkait dengan web. Saya lebih senang menyebut mereka berdua ini adalah keluarga seniman.
Karena kebetulan searah dengan jalan Budi dan Audrey pulang ke rumah, kami menumpang mobil mereka ke Mustafa Centre, salah satu tempat belanja di Singapura yang buka 24 jam. Lalu kami kembali ke hotel untuk beristirahat dengan sedikit tenaga yang tersisa setelah perjalanan 8 hari, untuk persiapan kembali ke Yogyakarta keesokan harinya.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Ferry Penyeberangan dari Shenzhen ke Macau
Melanjutkan petualangan sebelumnya, hari Minggu siang tanggal 26 Mei 2013 kami melanjutkan perjalanan ke Macau. Dari Shenzhen, kami naik taksi menuju Shekou Ferry Terminal dan naik Ferry menuju ke Macau.
Kami pergi ke Macau karena tiket pesawat perjalanan kami esok harinya ke Singapura adalah dari Macau International Airport. Begitu tiba di Macau, kami langsung menuju ke penginapan dengan menggunakan bus yang sudah disediakan oleh hotel. Bus ini ada tiap jam dan gratis. Hotel-hotel banyak menyediakan transportasi gratis dari dan ke hotel. Area Macau ini sangat kecil dan bisa dikelilingi cukup dengan 30 menit naik mobil. Macau terkenal dengan pusat perjudian di Asia. Salah satu pusat judi yang besar adalah Grand Lisboa.
Kami melihat-lihat dan menikmati suasana senja ketika lampu-lampu gedung sudah mulai dinyalakan, lalu kami kembali menuju hotel untuk makan malam dan beristirahat.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Naik Kereta dari Hong Kong ke Shenzhen
Setelah lumayan puas menghabiskan waktu seharian di Disneyland Hong Kong, pagi-pagi benar tanggal 25 Mei 2013 kami melanjutkan perjalanan ke Shenzhen. Kami naik kereta East Rail Line yang membawa kami dari area kota ke perbatasan di Lo Wu (di sisi Hong Kong namanya Lo Wu sedangkan di sisi Shenzhen namanya Luo Hu).
Sampai di Imigrasi Shenzhen kami naik ke lantai atas untuk mendaftar pengajuan Visa on Arrival. Sebenarnya Visa masuk ke China bisa kita ajukan di Hong Kong, namun saat itu kami nekat mencoba pengurusan Visa saat masuk ke Shenzhen. Bagi yang juga ingin melakukan hal itu, pastikan jangan mencoba saat hari raya di China, karena kemungkinan kantor pengajuan Visa on Arrival tutup.
Beruntung saat itu kondisi sedang sepi jadi kami agak cepat memperoleh Visa untuk masuk ke Shenzhen. Visa ini hanya berlaku untuk 5 hari dan hanya boleh digunakan untuk berkeliling di area Shenzhen saja. Selesai mengurusi imigrasi, kami melanjutkan perjalanan dengan naik taksi menuju penginapan kami di Shenzhen Hubei Hotel. Dari foto yang saya ambil di bawah ini apakah ada sesuatu yang janggal?
Setelah selesai check in dan istirahat sejenak. kami melanjutkan perjalanan kami menuju Window of the World dengan naik Metro Shenzhen dari Laojie langsung menuju tepat ke Window of the World. Setelah melihat-lihat sebentar, kami langsung kembali ke hotel karena cuaca gerimis.
Hotel kami sangat dekat dengan area belanja, salah satunya adalah Sun Square dan pusat perbelanjaan lainnya. Namun karena bawaan kami sudah mulai overload, kami hanya membeli beberapa cinderamata dari Shenzhen.
Tantangan jalan-jalan di Shenzhen adalah pada sisi bahasa, karena bahasa Inggris tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Shenzhen seperti di lingkungan orang Hong Kong. Hal itu bagi kami tidak menjadi masalah yang berarti. Untuk tawar menawar harga dengan pedagang di situ, cukup dengan menggunakan oper kalkulator saja dengan mengetik angka tawaran yang diinginkan.
Untuk menuju ke suatu tempat yang diinginkan, saya sudah print dalam tulisan China ketika masih di Hong Kong, sehingga tinggal tunjuk-tunjuk saja tanya kepada orang sekitar atau petugas polisi yang sedang berjaga. Di Shenzhen, sepeda motor tidak diperbolehkan beroperasi. Di jalanan hanya tampak mobil dan sepeda listrik. Masyarakat bepergian dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan umum seperti taksi, bus, atau Metro Shenzhen.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Sabtu, 01 Juni 2013
Wisata Hong Kong Disneyland
Perjalanan ke Hong Kong Disneyland merupakan rangkaian perjalanan terakhir yang kami lakukan di Hong Kong setelah kami mengunjungi Ngong Ping Village pada hari sebelumnya. Kami bersyukur kepada Tuhan karena hari Jumat, 24 Mei 2013 cuaca benar-benar cerah, tidak seperti prakiraan cuaca yang mengatakan bahwa hari akan hujan. Prakiraan cuaca tidak selalu benar kan?
Sebelumnya kami telah membeli tiket masuk Disneyland di lobby Hotel Ibis North Point tempat kami menginap. Oleh agen tiket, kami diberikan fasilitas kendaraan berupa bus antar jemput dari hotel ke Disneyland. Bus berangkat pukul 8 GMT+8 dan akan menjemput kembali pada jam 20.00 GMT+8 setelah pertunjukan kembang api.
Sesampainya di Disneyland Hong Kong, kami langsung antri untuk masuk dan mencoba berbagai wahana hiburan yang ada di situ. Menurut pandangan saya, menikmati Disneyland akan lebih nyaman jika dilakukan selama 2 hari, karena semua wahana sulit untuk dikelilingi dalam sehari. Ada beberapa wahana yang mewajibkan pengunjung memiliki tinggi badan minimal 120 cm, sehingga kami tidak bisa mengajak Akio untuk masuk ke arena tersebut.
Karena jarak yang ditempuh untuk mengelilingi wahana cukup jauh, kami menyewa stroller anak-anak untuk Akio dengan harga sewa HKD 100 untuk 1 hari. Salah satu larangan dari pihak Disneyland adalah membawa makanan dari luar. Penjaga akan melakukan screening di pintu masuk. Namun, karena kami membawa anak-anak, kami diberi kelonggaran membawa minuman dan sedikit kue masuk ke area Disneyland.
Pada sore hari pukul 15.00 GMT+8 ada pertunjukan parade Disney yang menampilkan pemeran-pemeran yang ada dalam film-film yang diproduksi oleh Disney dengan para pemerannya kebanyakan adalah orang-orang yang berasal dari Asia.
Karena sudah sangat lelah, kami memutuskan untuk melewatkan pesta kembang api yang diadakan pada malam hari pada setiap harinya. Kami akhirnya pulang duluan menggunakan MTR ke hotel.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Wisata Ngong Ping Village Hong Kong
Sebelum berangkat, saya memasukkan pakaian di Sunshine Laundry yang terletak di kompleks apartemen City Garden yang berjarak kurang lebih 700 meter dari Hotel Ibis North Point. Sambil menunggu cucian kering, saya berbincang dengan TKI yang bekerja di Hong Kong, yang sedang merawat bayi dan juga orang lanjut usia di area taman kompleks City Garden. Saya kira mereka ini berasal dari Filipina, namun ketika sudah mulai saling berbicara dengan bahasa Jawa, maka saya langsung mengenali bahwa mereka dari Indonesia.
Setelah 2 jam, cucian saya sudah bersih dan kering dengan tarif cuci 30 HKD per kilogram. Saya menyimpan baju di hotel, lalu kami bertiga melanjutkan perjalanan ke Ngong Ping dengan menggunakan MTR. Sampai di Ngong Ping, kami langsung membeli tiket kereta gantung (cable car) untuk menuju ke patung Buddha raksasa.
Perjalanan dengan kereta gantung ini memerlukan waktu sekitar 30 menit. Bagi yang takut ketinggian akan sedikit ngeri karena kereta gantung ini menyeberang melewati laut. Bagi para trekker disediakan jalur bagi yang ingin menuju Ngong Ping Village dengan berjalan kaki.
Setelah menikmati pemandangan di Ngong Ping Village, kami melanjutkan perjalanan untuk makan siang dan pulang ke hotel. Karena sudah malam, saya mencoba mengambil gambar suasana Hong Kong dari jendela kamar hotel.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Rabu, 29 Mei 2013
Jalan-jalan ke Madame Tussauds Hong Kong dan Ladies Market
Ceritanya, ketika kami ada kesulitan untuk mencetak, saya turun ke stasiun MTR North Point, ternyata di situ ada Chandra Mart, toko yang menyediakan produk-produk dari Indonesia. Kami dibantu mencetak voucher kami di situ. Lega juga akhirnya bisa ‘roaming’ untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari kampung halaman. Selain itu, kami bisa membeli makanan Indonesia di situ. Setelah bertanya-tanya tentang Hong Kong, kami melanjutkan perjalanan dengan naik trem.
Begitu sampai di peak tram, kami menukarkan voucher di loket dan naik peak tram ke Madame Tussauds yang berada di puncak gunung area Victoria Peak. Agak mendebarkan juga karena kecuraman jalur peak tram yang kami lalui nyaris 45 derajat. Akhirnya kami tiba dan menikmati melihat replika bintang-bintang dan tokoh terkenal di Madame Tussauds.
Setelah puas berkunjung, kami turun dan langsung menuju Ladies Market di area Mong Kok. Kami membeli beberapa cinderamata untuk kami bawa pulang sebagai oleh-oleh untuk kerabat di rumah. Di Ladies Market, kami melakukan tawar menawar, kami rata-rata mendapat potongan 50 persen dari harga yang diminta. Dari referensi rekan-rekan saya, katanya kita bisa tawar sampai sepertiga harganya, namun sudah kami coba dan kami mentok di setengah harga.
Melanjutkan perjalanan, kami menuju teminal penyeberangan di Kowloon untuk menaiki kapal ferry ke Hong Kong Island.
Setelah menyeberang, kami masih sempat menghabiskan waktu untuk melihat suasana Hong Kong di senja hari, lalu pulang ke hotel dengan naik bus.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hong Kong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Jalan-jalan dari Kuala Lumpur ke Hong Kong
Setelah sehari berada di Kuala Lumpur, pagi-pagi benar tanggal 21 Mei 2013 kami berangkat dari Corus Hotel menuju KLIA untuk melanjutkan perjalanan kami ke destinasi berikutnya, yaitu Hong Kong. Pagi itu kami naik pesawat Malaysia Airlines Airbus A-380 dengan nomor penerbangan MH-72 dengan rute Kuala Lumpur (KUL) - Hong Kong (HKG). Salah satu alasan kami naik pesawat ini adalah pada hari itu mereka sedang memberikan promo dan harganya jauh lebih murah dari maskapai low cost Air Asia pada hari yang sama.
Tentu saja masuk terminal KLIA lain rasanya dibanding dengan masuk LCCT, karena fasilitasnya lebih mewah. Karena datang pagi, kami menyempatkan diri untuk berkeliling melihat suasana area terminal ini.
Baru kali ini kami kami naik pesawat segede ini. Mungkin bagi rekan-rekan yang sudah sering bepergian ke luar negeri, ini adalah hal yang biasa, namun bagi kami ini rasanya wah dan mengherankan. Pesawat ini ditenagai dengan 4 buah mesin segede kontainer untuk dapat mengangkasa. Saya pernah melihat di Discovery Channel, ketika mesin sejenis ini dinyalakan dengan tenaga hampir penuh pada jenis rivalnya, yaitu Boeing 747-400, mobil yang lewat di belakangnya langsung terbang seperti kapas ditiup.
Kami berada di kabin kelas ekonomi dengan konfigurasi tempat duduk 3-4-3. Dengan sedikit tambahan biaya, kami sudah memesan tempat duduk sebelumnya, karena jika mengambil tempat duduk saat check-in bisa-bisa memperoleh tempat duduk yang terpisah.
Sajian makanan untuk maskapai full service memang lengkap, mulai dari makan besar, snack, es krim. Penerbangan selama 3,5 jam ini adalah perjalanan yang menyenangkan dan cukup mengenyangkan.
Dan, sebelum mendarat, kami ditawari segelas bir, Mungkin maksud dari pramugarinya untuk menenangkan pasien setelah perjalanan 3 jam ya?
Tiba di Hong Kong, kami langsung melakukan proses imigrasi. Di Imigrasi Hong Kong, passport kita tidak akan dicap, namun diberi kertas kecil yang dicetak yang menunjukkan waktu kedatangan kita dan batas waktu untuk tinggal. Mungkin bagi para pelancong pengoleksi cap, ketiadaan cap ini cukup membuat bersedih, namun bagi orang yang setiap hari melintasi Macau atau Shenzhen untuk bekerja di Hong Kong, cap ini cukup mengganggu karena cepat sekali penuh, sehingga otoritas di Hong Kong memutuskan untuk tidak memberikan cap pada passport. Jika ingin agar cetakan kecil dari petugas imigrasi tetap berada di passport untuk kenang-kenangan, saya sarankan untuk ditempel dengan menggunakan selotip bolak-balik.
Kami menginap di Hotel Ibis North Point untuk 4 hari ke depan. Karena terminal bus North Point berada tepat di depan hotel, kami naik bus menuju ke hotel sambil melihat pemandangan Hong Kong di siang hari. Biaya naik bus ini dari bandara ke North Point adalah HKD 40 per penumpang.
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari seri dari perjalanan saya dan keluarga dengan rute Yogyakarta – Kuala Lumpur – Hongkong – Shenzhen – Macau – Singapura – Yogyakarta pada tanggal 20 – 28 Mei 2013.
Selasa, 28 Mei 2013
Jalan-jalan ke Kuala Lumpur
Perjalanan dari Yogyakarta - Kuala Lumpur kami mulai siang hari tanggal 20 Mei 2013 dengan menggunakan maskapai Malaysia Airasia (AK-1325) dengan rute Yogyakarta Adisutjipto (JOG) – Kuala Lumpur LCCT (KUL). Setelah melakukan check-in di counter Airasia di Bandara Adisutjipto, kami kemudian membayar Passenger Service Charge (PSC) sebesar Rp.100.000,- per penumpang, lalu melanjutkan ke Imigrasi yang berada sebelum pintu ruang tunggu keberangkatan internasional di sisi timur. Bersama dengan para penumpang dari berbagai negara, kami berangkat sekitar pukul 12.00 GMT+7 dengan waktu penerbangan kurang lebih 2 jam. Terlihat banyak penumpang yang membawa oleh-oleh khas Yogyakarta, mulai dari berbagai merchandise seperti pakaian, topi sampai dengan makanan bakpia.
Kami tiba di Low Cost Carrier Terminat (LCCT) Kuala Lumpur International Airport pada pukul 15.30 GMT+8. Fasilitas di LCCT ini memang sengaja dibuat biasa, penumpang turun tidak menggunakan aerobridge seperti di KLIA, namun turun dengan menggunakan tangga dan berjalan menuju proses imigrasi. Seperti halnya dengan imigrasi di Indonesia, imigrasi di Malaysia sudah tidak meminta penumpang mengisi formulir isian keimigrasian, karena data disimpan dalam bentuk elektronik.
Selesai melewati imigrasi, kami mampir sebentar di counter TuneTalk untuk memperoleh kartu prabayar lokal. Setelah mengaktifkan nomor tersebut, kami menuju counter taksi untuk menuju ke Kuala Lumpur. Kami tidak menggunakan KLIA Express karena dengan ‘pasukan’ sebanyak 3 orang akan lebih hemat menggunakan taksi. Kami membayar RMY 73 untuk taksi ke penginapan kami.
Kami menginap di Corus Hotel di Jalan Ampang. Hotel ini jaraknya hanya 200 meter dari Menara Kembar Petronas. Setelah check-in di hotel, kami jalan-jalan ke sekeliling menuju ke area Menara Petronas untuk sekedar bermain.
Karena pulang agak petang, kami sekalian mampir makan di Nasi Kandar Pelita di seberang hotel. Ternyata, di situ banyak juga TKI yang bekerja, ada yang dari Jawa Barat dan juga dari Medan. Malam harinya kami beristirahat, namun saya masih sempat kembali ke Nasi Kandar Pelita yang buka 24 jam untuk berbincang dengan David dari Malaysia Asia. Saat itu, David dan rekannya juga berencana akan pergi ke Hong Kong tanggal 24 Mei 2013.
Senin, 27 Mei 2013
Jalan-jalan Wisata ke Kuala Lumpur, Hong Kong, Shenzhen, Macau dan Singapura
Perjalanan kami selama 9 hari tersebut memiliki jadwal perjalanan sebagai berikut.
Hari 1: Yogyakarta - Kuala Lumpur
Hari 2: Kuala Lumpur - Hong Kong
Hari 3: Hong Kong Madame Tussauds dan Ladies Market
Hari 4: Ngong Ping Village (Giant Buddha)
Hari 5: Hong Kong Disneyland
Hari 6: Hong Kong - Shenzhen
Hari 7: Shenzhen - Macau
Hari 8: Macau - Singapura
Hari 9: Singapura - Yogyakarta
Rabu, 24 April 2013
Tesis Analisis Perlindungan Aset Tidak Berwujud pada PerusahaanRintisan di Bidang Teknologi Informasi di Indonesia
Aset tidak berwujud dibagi menjadi aset tidak berwujud yang bisa diidentifikasi dan aset tidak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi. Beberapa aset tidak berwujud yang bisa diidentifikasi di antaranya adalah: merek dagang, penemuan atau rahasia dagang, dan hak cipta, sedangkan beberapa aset tidak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi adalah itikad baik dan aset manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perlindungan terhadap kepemilikan aset tidak berwujud pada perusahaan rintisan di bidang teknologi informasi di Indonesia.
Penelitian dilakukan terbatas pada pengelolaan merek dagang, paten dan rahasia dagang, hak cipta, itikad baik, dan modal manusia. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlindungan aset tidak berwujud pada perusahaan-perusahaan rintisan di bidang teknologi informasi yang menjadi responden penelitian sudah dilakukan, namun belum dilaksanakan sepenuhnya, karena masih ada beberapa faktor yang dianggap penting namun belum dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Pengelola perusahaan hendaknya mengoptimalkan perlindungan aset tidak berwujud yang dimiliki, karena aset tidak berwujud merupakan aset penting dalam perusahaan berbasis teknologi informasi. Pemerintah juga perlu memberikan sosialisasi yang cukup mengenai hak atas kekayaan intelektual kepada perusahaan-perusahaan rintisan di bidang teknologi informasi yang baru didirikan. Selain itu, proses pendaftaran hak atas kekayaan intelektual harus semakin dipermudah dan dapat dilakukan dengan biaya yang terjangkau.
Download tesis saya di sini:
Senin, 15 April 2013
Refleksi Ujian Akhir Nasional 2013
Faktor keberuntungan pun juga menjadi salah satu penentu utama dalam melaksanakan ujian ini. Mulai dari persiapan berangkat ke sekolah, ada saja kemungkinan halangan, misalnya: bangun kesiangan, sakit, gangguan di perjalanan. Sampai di sekolah pun bisa ada halangan juga, seperti: lupa bawa kartu ujian, alat tulis tertinggal. Waktu ujian bisa kurang beruntung karena materi ujian sama sekali tidak dipelajari, mungkin karena sampling tadi atau memang belum pernah diberi materi tersebut. Pada akhirnya, biasanya ilmu irasional semacam 'hitung kancing' akan dilakukan.
Pasca ujian, masih banyak lagi kemungkinan ketidakberuntungan, seperti: lembar jawaban gagal diolah datanya karena memakai pensil palsu, atau mengisi lingkaran lembar jawaban komputer kurang penuh. Beruntung jika sama sekali gagal diolah karena ada tim yang akan membantu melakukan cek manual. Nah, jika yang gagal diolah hanya 30 persen, padahal itu adalah jawaban yang betul?
Ketakutan yang besar ini yang kadang membuat banyak siswa peserta ujian melakukan hal-hal di luar nalar, seperti: minum air yang sudah didoakan, pasang rajah di alat tulis, dan sebagainya. Sebenarnya kalau gagal ujian nasional, efeknya apa sih? Malu? Gengsi? Solusi yang mungkin untuk ujian nasional ini adalah membangun percaya diri, percaya untuk bias mengerjakan, namun di sisi lain hilangkan budaya takut atau malu gagal. Ujian nasional beberapa hari ini tidak ada apa-apanya dengan ujian dunia yang harus kita kerjakan setiap hari.
Saya saja dulu, karena pernah saking putus asanya, penah berpikir jika saya tidak lulus UMPTN tidak akan kuliah, mau turun ke pasar dan berdagang. Mungkin karena faktor bapak dan ibu saya berprofesi sebagai pedagang. Walau akhirnya lulus, masuk ke perguruan tinggi favorit saya, namun tetap berakhir pula menjadi pedagang, hahaha!
Keberhasilan maupun kegagalan dalam ujian nasional, atau ujian lainnya mungkin akan mengubah arah hidup kita. Tinggal bagaimana kita bisa merenungkannya dengan positif serta penuh rasa syukur dan tetap melanjutkan hidup kita agar selaras dengan rencana Tuhan atas hidup kita. Selamat menempuh ujian nasional!
Minggu, 14 April 2013
Lion Air JT-904 Boeing 737-800NG PK-LKS Mendarat di Laut Bali
Saya bukan ahli pesawat, namun pesawat udara merupakan alat transportasi yang banyak saya gunakan untuk mendukung pekerjaan saya, sehingga saya sedikit mempelajari jenis dan teknologi pesawat. Pesawat Lion Air Boeing 737-800NG jurusan Bandung (BDO/WICC) - Denpasar (DPS/WADD) yang mendarat di laut ujung barat Bandara Ngurah Rai ini baru saja saya cek registrasi pesawatnya merupakan pesawat yang sangat baru, karena baru keluar dari pabrik Februari 2013. Dari data planespotter.net, saya memperoleh data sebagai berikut:
Construction Number (MSN): 38728, Line Number: 4350, Aircraft Type: Boeing 737-8GP(WL), First Flight: 05-02-2013, Umur: 0.2 Years, Test registration :N1787B
Pesawat ini dikirim pertama kali dari pabriknya Boeing di Amerika (BFI-HNL-MAJ-GUM-KUL) pada 19 Februari 2013 dengan kode registrasi komersial 9M-LNB dioperasikan Malindo Air, perusahaan baru di Malaysia patungan antara Lion Air (49%) dan NADi Malaysia (51%) dengan mesin 2x CFMI CFM56-7BE dan konfigurasi Y189.
Report blogger yang memotret saat uji terbang di pabriknya Boeing di Amerika:
http://boeing-test-flights.blogspot.com/2013/02/pk-lks-b737-8gp-lion-air-first-flight.html
Data registrasi pesawat:
http://www.planespotters.net/Production_List/Boeing/737/38728,9M-LNB-Malindo-Air.php
Data kecelakaan di Aviation Safety Network:
http://aviation-safety.net/database/record.php?id=20130413-0
Bersyukur semua penumpang selamat. Semoga laporan awal penyebab kecelakaan segera bisa dirilis, sehingga bisa ditindaklanjuti dengan peningkatan manajemen penerbangan, untuk mencegah kejadian yang sama, sehingga penerbangan menjadi semakin aman dan nyaman.
Jumat, 12 April 2013
Cara Membuat Papeda Papua Ala Chef Wamena
Saya siap-siap meluncur ke meja makan ketika rekan saya dari Yalimo ini tiba-tiba berkata jika akan pergi ke pasar membeli sagu dan ikan. Oh, ternyata kita baru mau masak papeda.
Kami akhirnya meluncur ke Pasar Baru di dekat sungai Pikey di Wamena, dan membeli sagu, ikan, dan bumbu-bumbu untuk kuah ikan. Sagu dan ikan ini kiriman dari Jayapura, karena di Wamena pohon sagu tidak tumbuh. Kami menggunakan ikan ekor kuning yang besar dan dagingnya dipotong-potong. Seperti yang biasa kami makan, paket papeda ini terdiri dari bubur sagu, dengan siraman ikan kuah asam, dan dengan sayur tumis, salah satunya adalah kangkung.
Pembuatan bubur sagu ini pertama kali adalah kami mencampur sagu ini dengan air dingin sampai agak encer, lalu mencampurnya dengan perasan jeruk, disaring agar kotoran terpisah, dan dibiarkan sampai sagu mengendap.
Sementara menunggu sagu mengendap, rebus air mendidih. Setelah sagu mengendap, buang air dingin yang ada di bagian atas sagu yang mengendap, lalu sisakan endapan sagu. Sagu endapan ini langsung disiram dengan air mendidih sambik diaduk, dan jadilah bubur sagu yang mirip dengan lem kertas ini. Proses pengadukan ini juga harus dengan feeling bagus, karena sebaiknya tidak terlalu encer, namun juga tidak boleh terlalu keras.
Untuk kuah ikan, siapkan bumbu bawang putih, bawang merah, garam, cabai, kunyit, tumbuk halus. Tumis tumbukan bumbu ini ke dalam minyak mendidih, lalu masukkan air untuk kuah. Jika air sudah mendidih, masukkan ikan dan daun salam. Untuk membuat kuahnya menjadi asam, masukkan air perasan jeruk, dan susulkan daun kemangi untuk menambah aromanya.
Karena keburu lapar, kamipun segera melahap papeda ini dan lupa membuat kangkung tumis.
Yang penting, maknyus!