Ketika berada di Papua, tetangga kami banyak yang menanam tanaman daun gedi (edible hibiscus, sayor yondok) atau secara ilmiah disebut sebagai Abelmoschus manihot. Pada suatu kali, saya mengalami sakit radang di Jayapura, dan disarankan untuk merebus daun ini dan memakannya. Saya merebus daun ini bersama sop dan segera memakannya, karena daun ini jika sudah lama dibiarkan setelah dimasak akan menjadi sangat lengket dan berlendir kental. Sifat kental ini yang menjadikan daun gedi menjadi campuran bubur Manado.
Nah, waktu itu pagi hari saya harus mengejar pesawat ke Bandara Sentani menuju ke Jogja. Sebelum berangkat, saya mampir ke Cigombong, karena ada warga yang di depan pagarnya ada tanaman daun gedi. Jadi, saya mau potong untuk dibawa ke Jogja. Ternyata, tanaman itu sudah dibabat habis oleh si empunya rumah karena menghalangi pemandangan warungnya. Akhirnya saya gagal membawa bibit tanaman gedi.
Beberapa hari kemudian, kami berjalan-jalan di dekat tempat tinggal simbah di Sentolo, Kulon Progo. Waktu duduk di teras, saya mengamati ternyata tetangga depan rumah ada tanaman itu dengan jumlah yang sangat banyak. Tanaman itu dia gunakan sebagai pakan untuk ikan gurami yang dipelihara. Saya meminta 2 batang untuk ditanam di rumah Sleman.
Tanaman ini mudah sekali tumbuh. Saya tancapkan 1 batang di tanah belakang rumah dan dalam beberapa bulan sudah menjadi tanaman yang besar dengan daun yang lebat. Jadi, jika saya sewaktu-waktu ingin memasak sayur gedi, tinggal petik daunnya.