Ketika saya menonton acara TV "The Link: From Aqeducts to Oil Rigs" di NGC, nampak bahwa narator menghubungkan sejarah penemuan jaman romawi 2000 tahun yang lalu ke perangkat-perangkat yang kita gunakan saat ini, sampai ke tambang minyak lepas pantai yang menggunakan cara kerja bangsa romawi ini.
Semua terhubung untuk menciptakan dunia yang kita tinggali. Dengan usia rata-rata manusia yang kurang dari 100 tahun, maka setiap pengetahuan yang diterima seseorang terbatas pada usianya, dan bayi penerus yang baru lahir harus mulai lagi belajar dari nol.
Jika ditilik dari keterbatasan ini, pengetahuan layaknya seperti tongkat estafet, yang diteruskan dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Dalam beberapa masyarakat, pengetahuan ini disampaikan melalui word of mouth atau dituturkan secara lisan. Kelemahan penuturan lisan ini adalah sering terjadi pembiasan maksud dari penutur awal setelah berpindah ke beberapa generasi.
Sebagai contoh, pada suatu waktu saya diminta untuk menjadi instruktur pelatihan untuk perencanaan di suatu daerah di Papua. Saya menekankan bahwa aparatur pemerintahan harus membaca regulasi, dan tidak cukup mendengar dari orang lain. Saya mencoba simulasi dengan menulis sebuah kalimat panjang, dan meminta 5 orang untuk meneruskan kalimat ini. Orang pertama membaca dari kertas saya, lalu menghafal dan meneruskan ke orang kedua secara lisan. Orang kedua mendengar dari orang pertama, lalu meneruskan secara lisan ke orang ketiga, dan seterusnya sampai orang kelima. Lalu orang kelima ini saya minta menyampaikan isi pesan tadi dan berakhir dengan pesan yang sama sekali tidak sama dengan yang ada di kertas saya.
Mungkin saja orang-orang ribuan tahun yang lalu sudah menemukan teknologi yang lebih modern dari saat ini, tetapi karena tidak ada yang ditulis, maka ilmu yang diperoleh oleh nenek moyang kita pada masa lalu hilang begitu saja, atau mungkin berubah total tidak sesuai dengan maksud awal.
Masalahnya terkadang orang bisa memperoleh inspirasi, namun tidak bisa menuliskan atau mengungkapkannya. Masalah berikutnya adalah si penerima tidak memiliki kemauan untuk membaca. Atau, bisa saja ilmu hilang karena media tulisannya sudah rusak, misalnya kertas yang bertahun-tahun menjadi rusak dan hancur. Seperti yang diketahui, selama ini pengetahuan dari ribuan tahun yang lalu bisa dibaca saat ini karena berada pada prasasti batu yang masih bertahan dari cuaca sampai saat ini.
Kembali ke estafet ilmu antar generasi tadi, beruntung saat ini ada mulitimedia, dan selain tulisan, pengetahuan juga bisa direkam secara multimedia melalui gerakan gambar (video) dan suara, sehingga gambaran akan sesuatu dengan multimedia bisa mengurangi adanya multitafsir.
Dengan umur yang terbatas ini, kita tentu saja tidak dapat mengalami semua hal, namun dengan saling berbagi pengalaman pribadi dan melihat pengalaman orang lain, seakan-akan kita juga mengalami apa yang telah dialami orang lain.
Mari berbagi dan menulis prasasti pengetahuan untuk generasi ini dan generasi masa depan!
Jumat, 12 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar