Setelah berminggu-minggu tidak dapat antrian, akhirnya saya bisa melihat film Laskar Pelangi di 21 Amplaz Mingu Malem, 19/10/2008. Setelah melihat ceritanya, saya kok jadinya inget masa kecil saya di kampung, di Desa Ngentakrejo, di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Tahun 1989 saya dimasukkan oleh orang tua saya ke SD BOPKRI Ngentakrejo, yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari rumah saya. Masuk kelas pertama, kami ada 10 orang, dengan fasilitas sekolah yang statusnya "bersubsidi", di tengah keterbatasan karena kami sekolah di kampung. Di situlah perjalanan kami dimulai.
Tahun pertama kami lalui dengan belajar membaca dan menulis diajar oleh Pak Sarsugeng (beliau mengajar sampai kami kelas tiga), lalu tahun berikutnya ketika kami masuk ke kelas dua, kami harus masuk siang jam 10, dikarenakan sekolah kami hanya memiliki 5 ruang kelas, dan kami harus bergantian dengan murid kelas satu yang pulang jam 10. Lalu kami naik ke kelas tiga. Naik ke kelas 4, kami diajar Pak Sukiran, tim kami turun menjadi tinggal 9 siswa karena Sigit waktu itu tidak naik kelas dan tinggal di angkatan di bawah kami. Kelas 4 kami jalani, naik ke kelas 5 kami ditinggalkan Dani untuk pindah ke Jogja ke bawah asuhan PA Rekso Putro di Demangan.
Ketika kami naik ke kelas 5, ada tambahan siswa pindahan dari SD Negeri, yaitu Sugeng (Bancol). Pada tahun itulah kami juga bersedih karena ditinggalkan selama-lamanya oleh Kang Krisbi, karena mengalami kecelakaan hanyut di Sungai Progo. Sekarang kami tinggal 8 orang dan kami semua naik ke kelas 6 dan akhirnya lulus.
Hal yang paling menggembirakan, di tengah terbatasnya fasilitas kami pada waktu itu, kami mampu lulus menjadi lulusan-lulusan terbaik se-kecamatan. Bahkan, sebelumnya kami sempat juga menyabet juara 1 lomba Cerdas Tepat Alkitab se-DIY.
Banyak suka duka yang kami alami. Salah satu yang paling saya ingat adalah bagaimana semangat kami mengajak teman-teman angkatan sebelumnya yang drop out dan tidak melanjutkan sekolah untuk kembali ke sekolah. Yah, perjuangan kami tidak sia-sia. Kami berhasil mengajak beberapa teman masuk kembali ke sekolah, walau hanya beberapa hari dan akhirnya "menghilang" lagi.
Sekarang tahun 2008. Suratinah, setelah melanjutkan sekolahnya di SMK sekarang bekerja di rumah, tinggal dengan orang tua. Nuning, kuliah lalu menikah dengan orang Klaten dan sekarang bekerja sebagai PNS di Bangka dan dikaruniai seorang putra. Eni, melanjutkan sekolah sampai SMA, menikah dan dikaruniai seorang putri, saat ini bekerja sebagai wiraswasta. Erni, melanjutkan sekolahnya di SMF dan saat ini bekerja di Instalasi Farmasi RS Bethesda. Pranoto (Aconk), melanjutkan ke SMK Pengasih Jurusan Mesin dan saat ini bekerja di pabrik perakitan PT Astra Honda Motor di Jakarta. Sardi, juara kelas kami melanjutkan sekolah di STM Pembangunan Yogyakarta dan saat ini bekerja di AUTO 2000 (Astra Toyota) di Yogyakarta. Sugeng, melanjutkan ke SMA dan menikah, saat ini menjadi wiraswasta. Dani, saat ini bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta. Sigit melanjutkan sampai SMK, menikah dikaruniai seorang putra. Saya sendiri melanjutkan kuliah pada tahun 2001, lalu setelah lulus tahun 2005 melanglangbuana ke seluruh wilayah Indonesia menjalankan bisnis penyedia jasa layanan Teknologi Informasi, menikah tahun 2007 dengan calon anak masih di dalam kandungan. Hope God makes everything okay, so I'll be see my baby at March 2009.
Yang jelas, kami bukanlah laskar pelangi. Kami waktu itu hanya punya satu semangat bahwa di tengah keterbatasan kami waktu itu, kami didorong untuk mampu untuk berjuang dan bersaing dengan rekan yang lain, yang memiliki fasilitas penunjang di sekolah yang lebih lengkap.
Senin, 20 Oktober 2008
Home »
Daily Routines
» Laskar Pelangi dan Kenangan Masa Sekolah Dasar
0 komentar:
Posting Komentar