Apakah benar? Saya hanya mencoba membuat judul yang sensasional seperti yang dilakukan beberapa wartawan Detikcom. Faktanya, pesawat yang terjatuh adalah miniatur atau diecast pesawat Merpati Nusantara PK-MBP KLI berbahan fiber yang baru saja kami beli di salah satu gerai pengajin miniatur pesawat di Yogyakarta.
Cerita ini bermula dari kegemaran Akio, anak saya yang saat ini baru berumur 3,5 tahun mengkoleksi miniatur pesawat terbang. Uniknya, Akio hanya mau mengkoleksi miniatur pesawat yang persis ia lihat waktu ia ikut terbang atau yang dilihat di bandara maupun di Internet. Jadilah, setiap ada kesempatan terbang, saya terkadang membeli merchandise dari maskapai yang saya naiki, mulai dari miniatur pesawat Garuda Indonesia, Singapore Airlines, Lion Air, Air Asia, Mandala Air, Batavia Air, Trigana Air, Merpati Nusantara, dan maskapai lain.
Terkadang, miniatur ini harus saya tebus dengan harga ratusan ribu rupiah, padahal kalau sudah dipakai mainan yang terjadi adalah kalau tidak patah, pesawat tersebut hilang 'dipinjam' teman-teman Akio.
Beberapa waktu yang lalu, Akio tiba-tiba minta miniatur Merpati Nusantara dan Sukhoi Superjet-100. Dengan berbekal PC dengan koneksi Internet, saya mencari alternatif di eBay, namun tidak memperoleh harga yang bagus, selalu di atas USD 20. AKhirnya saya mencari informasi pengrajin lokal miniatur pesawat terbang, dan saya menemukan para pengrajin ini berlokasi di Jogja!
Karena masalah waktu, akhirnya saya tidak ke pengrajin. Saya mengajak Akio ke gerai pengrajin tersebut di Jl. Solo, tepatnya di timur lampu merah jalan masuk ke Bandara Adisutjipto, selatan jalan. Jadilah kami menebus berbagai miniatur pesawat, mulai dari harga Rp.50.000,-, dan ada juga miniatur pesawat Sukhoi Superjet 100 panjang 30cm seharga Rp.100.000,-, dan sengaja belum saya tebus agar Akio bermain dulu dengan beberapa koleksi yang sudah dimiliki.
Secara kondisi, finishing dari miniatur yang dijual murah ini tidak sehalus seperti jika membeli miniatur resminya. Menurut saya cukup untuk mainan anak di atas 3 tahun, agar imajinasinya berkembang. Siapa yang tahu jika di masa depan imajinasi anak-anak akan pesawat terbang saat ini bisa mengantar mereka ke sekolah-sekolah aeronautica dan negara kita kembali mandiri memproduksi pesawat terbang?
Dirgahayu Indonesia!
Jumat, 17 Agustus 2012
Rabu, 15 Agustus 2012
Nasi Kuning, Sate Kambing, dan Tongseng di Jakarta
Saya merasa sangat beruntung karena teknologi informasi pada saat ini semakin mudah diakses dengan informasi yang beragam. Selain informasi yang jelas, saya bisa memperoleh lokasi dengan tepat dengan memanfaatkan perangkat GPS yang ada di ponsel Blackberry saya.
Ceritanya, pada hari Jumat (15/8/2012) yang lalu, saya sedang melakukan perjalanan di Jakarta bersama dengan rekan-rekan kerja, dan waktu itu kami sedang naik kendaraan dari Thamrin City ke penginapan kami di Jl. Wahid Hasyim Jakarta. Malam itu jalanan jakarta yang kami lalui macet pamer paha (padat merayap tanpa harapan). Rasa lapar pun menggelayuti perut kami yang memang selama ini terlanjur mengikuti irama dan jam makan di Papua. Bagi orang Jakarta, itu adalah jam 20.00 WIB, namun bagi perut kami, waktu itu adalah 22.00 WIT. Untuk mengganjal lambung kami, jadilah saya menebus beberapa kacang tanah goreng yang dijajakan oleh pedagang di antara kemacetan.
Loyonya badan kami ditambah dengan lapar dahaga yang mendera menguatkan niatan kami untuk mencari makanan yang memiliki citarasa kuat: Tongseng Kambing! Ya, betul, kami merencanakan untuk melahap makanan berkolesterol tinggi itu, mumpung masih diperbolehkan oleh dokter. Di perjalanan, saya membuka perangkat saya dan dengan bantuan Google Map, saya mengetik pencarian: "sate kambing". Dapatlah saya titik lokasi sate kambing terdekat, yaitu Sate Khas Senayan di area Menteng.
Sejenak, rasa keraguan kami muncul ketika akan masuk ke restoran itu. Bukan pada restoran dengan format mewahnya yang lumayan besar, namun karena salah satu anggota perjalanan kami adalah perokok berat, akhirnya pertanyaan utamanya adalah: "Apakah ada tempat merokok?" Ketika petugas mengiyakan, dengan hati yang penuh keyakinan kami masuk.
Dan terjadilah sebuah transaksi antara kami dengan Sate Khas Senayan. Kami memesan sate kambing, sate ayam, tongseng kambing, dan saya sendiri memesan nasi kuning. Nasi kuning ini ditemani dengan beberapa lauk yang menggoda selera dan dengan sambal yang pedasnya pas, membuat lidah saya betul-betul menari.
Sajian tongseng yang dimasak dengan bumbu khas yang diracik dengan sentuhan moderen mebuat rasa tongseng ini sepertinya lezat dan gurih untuk memanjakan lidah.
Selain itu ada sate kambing yang diolah dengan bumbu spesial, yang ketika potongan-potongan dagingnya ditarik ke dalam mulut, maka rasa khas dari bumbu sate itu menjadi lumer menyatu dengan lidah.
Sate ayam pun tidak ketinggalan, dengan potongan yang sedang, namun dimasak matang sempurna menjadikan potongan-potongan daging ayam yang ditusuk dengan bambu ini menggoda selera.
Secara keseluruhan, kami menikmati sajian Sate Khas Senayan. Yang membuat saya senang sebenarnya adalah pada variasi menu yang begitu lengkap. Orang yang punya gangguan kolesterol pun bisa menyantap pilihan menu lainnya yang rasanya nendang.
Alamat:
Jl. Cokroaminoto No. 78 Menteng, Jakarta
Telepon: 021-3928763
Ceritanya, pada hari Jumat (15/8/2012) yang lalu, saya sedang melakukan perjalanan di Jakarta bersama dengan rekan-rekan kerja, dan waktu itu kami sedang naik kendaraan dari Thamrin City ke penginapan kami di Jl. Wahid Hasyim Jakarta. Malam itu jalanan jakarta yang kami lalui macet pamer paha (padat merayap tanpa harapan). Rasa lapar pun menggelayuti perut kami yang memang selama ini terlanjur mengikuti irama dan jam makan di Papua. Bagi orang Jakarta, itu adalah jam 20.00 WIB, namun bagi perut kami, waktu itu adalah 22.00 WIT. Untuk mengganjal lambung kami, jadilah saya menebus beberapa kacang tanah goreng yang dijajakan oleh pedagang di antara kemacetan.
Loyonya badan kami ditambah dengan lapar dahaga yang mendera menguatkan niatan kami untuk mencari makanan yang memiliki citarasa kuat: Tongseng Kambing! Ya, betul, kami merencanakan untuk melahap makanan berkolesterol tinggi itu, mumpung masih diperbolehkan oleh dokter. Di perjalanan, saya membuka perangkat saya dan dengan bantuan Google Map, saya mengetik pencarian: "sate kambing". Dapatlah saya titik lokasi sate kambing terdekat, yaitu Sate Khas Senayan di area Menteng.
Sejenak, rasa keraguan kami muncul ketika akan masuk ke restoran itu. Bukan pada restoran dengan format mewahnya yang lumayan besar, namun karena salah satu anggota perjalanan kami adalah perokok berat, akhirnya pertanyaan utamanya adalah: "Apakah ada tempat merokok?" Ketika petugas mengiyakan, dengan hati yang penuh keyakinan kami masuk.
Dan terjadilah sebuah transaksi antara kami dengan Sate Khas Senayan. Kami memesan sate kambing, sate ayam, tongseng kambing, dan saya sendiri memesan nasi kuning. Nasi kuning ini ditemani dengan beberapa lauk yang menggoda selera dan dengan sambal yang pedasnya pas, membuat lidah saya betul-betul menari.
Sajian tongseng yang dimasak dengan bumbu khas yang diracik dengan sentuhan moderen mebuat rasa tongseng ini sepertinya lezat dan gurih untuk memanjakan lidah.
Selain itu ada sate kambing yang diolah dengan bumbu spesial, yang ketika potongan-potongan dagingnya ditarik ke dalam mulut, maka rasa khas dari bumbu sate itu menjadi lumer menyatu dengan lidah.
Sate ayam pun tidak ketinggalan, dengan potongan yang sedang, namun dimasak matang sempurna menjadikan potongan-potongan daging ayam yang ditusuk dengan bambu ini menggoda selera.
Secara keseluruhan, kami menikmati sajian Sate Khas Senayan. Yang membuat saya senang sebenarnya adalah pada variasi menu yang begitu lengkap. Orang yang punya gangguan kolesterol pun bisa menyantap pilihan menu lainnya yang rasanya nendang.
Alamat:
Jl. Cokroaminoto No. 78 Menteng, Jakarta
Telepon: 021-3928763
Jumat, 10 Agustus 2012
Kisah di Sebuah Lapo Batak di Jakarta
Saat ini (9 Agustus 2012) saya sedang ada tugas di Jakarta dan saya diajak rekan untuk makan malam di sebuah tempat makan atau boleh dikatakan merupakan restoran Batak di seputaran Jalan Pramuka. Di tempat ini ternyata berkumpul berbagai macam lapo Batak yang spesialis menyediakan makanan "haram". Dari beberapa pilihan, kami masuk le Lapo Ondihon di Jalan Pramuka Raya No. 14A, karena di dalamnya ada hiburan berupa musik. Namun sayangnya, ketika kami tiba dari jam 20.00 sampai dengan jam 21.00 GMT+7, pemusik tidak kunjung datang.
Menu masakan Batak bukan hal yang asing bagi saya, karena istri saya sendiri juga orang Batak (kelahiran Yogyakarta), sehingga kalau sedang berkumpul di keluarga, pastinya masakannya tidak jauh-jauh dari saksang, ayam digota, panggang, ikan arsik dan berbagai kombinasi sejenis lainnya.
Pesanan pertama yang tiba adalah sepiring B2 panggang.
Dilanjutkan sebagai pelengkap adalah sup B2.
Dari sisi rasa, menurut saya sudah memenuhi syarat, hanya saja porsinya menurut saya lebih sedikit dibandingkan dengan di Bang Ucok "Tapian Nauli" Condong Catur Yogyakarta. Selain itu, jika ditanya masalah harga, mohon maaf saya betul-betul tidak mencatat dan tidak tahu-menahu, karena pada waktu itu saya posisinya ditraktir :)
Menu masakan Batak bukan hal yang asing bagi saya, karena istri saya sendiri juga orang Batak (kelahiran Yogyakarta), sehingga kalau sedang berkumpul di keluarga, pastinya masakannya tidak jauh-jauh dari saksang, ayam digota, panggang, ikan arsik dan berbagai kombinasi sejenis lainnya.
Pesanan pertama yang tiba adalah sepiring B2 panggang.
Dilanjutkan sebagai pelengkap adalah sup B2.
Dari sisi rasa, menurut saya sudah memenuhi syarat, hanya saja porsinya menurut saya lebih sedikit dibandingkan dengan di Bang Ucok "Tapian Nauli" Condong Catur Yogyakarta. Selain itu, jika ditanya masalah harga, mohon maaf saya betul-betul tidak mencatat dan tidak tahu-menahu, karena pada waktu itu saya posisinya ditraktir :)
Minggu, 05 Agustus 2012
Surat Pernyataan Pembelian dengan Kartu Kredit Merpati Nusantara
Salah satu fitur dari website Merpati Nusantara adalah pembelian dengan kartu kredit. Jika di masa-masa lalu pembelian tiket Merpati online dengan kartu kredit memiliki syarat bahwa pemegang kartu kredit harus ikut sebagai penumpang, maka saat ini pembelian dengan kartu kredit bisa dilakukan oleh individu tanpa harus ikut terbang.
Tadi malam (04 Agustus 2012) kira-kira jam 23.00 GMT+9 saya melakukan pembelian tiket promo seharga Rp.170,000,- di website Merpati. Hanya saja begitu akan melakukan pembayaran melalui Klik BCA, Internet Baning Mandiri, CIMB Clicks, muncul pesan error dimana pembayaran tidak bisa dilakukan. Memang ini kelemahan sistem hampir semua maskapai dan perbankan pada jam-jam malam biasanya tidak bisa digunakan. Mungkin karena proses backup atau sinkronisasi data.
Mau tidak mau saya tetap harus membayar tiket itu dengan segera karena limit tiket hanya 60 menit. Akhirnya saya memberanikan diri melakukan pembayaran dengan kartu kredit, dan kurang dari 5 detik pembayaran sudah beres. Yang membuat saya terkejut adalah saya tidak bisa mencari file Letter of Indemnity (LOI) untuk saya gunakan dalam proses verifikasi. Tengah malam dan pas malam Minggu saya coba email ke Customer Relation, dan seperti biasa penerimanya adalah Bapak Martinus, langsung forward ke divisi terkait. Beberapa saat kemudian saya memperoleh balasan dari email Contact Center berisi file yang dimaksud.
Saya membayangkan bahwa Contact Center ini ada di kantor 24x7, tapi begitu saya cek, ada signature bahwa email dikirim dari perangkat Blackberry! Secara pribadi saya salut bahwa tim email Contact Center semangat untuk membawa pekerjaan mobile (mungkin) sampai di luar jam kantor. Sebagai pelanggan, saya senang karena bisa terlayani dengan cepat.
Bagi yang mencari berkas/file Surat Pernyataan Pembelian dengan Kartu Kredit Merpati Nusantara atau Letter of Indemnity Merpati Nusantara of Purchase with Credit Card, silakan unduh file FORM LOI_Merpati. File ini yang saya peroleh dari Contact Center Merpati, dan saya konversi dari DOC menjadi PDF untuk mempermudah rekan-rekan yang tidak menggunakan MS Office.
Tadi malam (04 Agustus 2012) kira-kira jam 23.00 GMT+9 saya melakukan pembelian tiket promo seharga Rp.170,000,- di website Merpati. Hanya saja begitu akan melakukan pembayaran melalui Klik BCA, Internet Baning Mandiri, CIMB Clicks, muncul pesan error dimana pembayaran tidak bisa dilakukan. Memang ini kelemahan sistem hampir semua maskapai dan perbankan pada jam-jam malam biasanya tidak bisa digunakan. Mungkin karena proses backup atau sinkronisasi data.
Mau tidak mau saya tetap harus membayar tiket itu dengan segera karena limit tiket hanya 60 menit. Akhirnya saya memberanikan diri melakukan pembayaran dengan kartu kredit, dan kurang dari 5 detik pembayaran sudah beres. Yang membuat saya terkejut adalah saya tidak bisa mencari file Letter of Indemnity (LOI) untuk saya gunakan dalam proses verifikasi. Tengah malam dan pas malam Minggu saya coba email ke Customer Relation, dan seperti biasa penerimanya adalah Bapak Martinus, langsung forward ke divisi terkait. Beberapa saat kemudian saya memperoleh balasan dari email Contact Center berisi file yang dimaksud.
Saya membayangkan bahwa Contact Center ini ada di kantor 24x7, tapi begitu saya cek, ada signature bahwa email dikirim dari perangkat Blackberry! Secara pribadi saya salut bahwa tim email Contact Center semangat untuk membawa pekerjaan mobile (mungkin) sampai di luar jam kantor. Sebagai pelanggan, saya senang karena bisa terlayani dengan cepat.
Bagi yang mencari berkas/file Surat Pernyataan Pembelian dengan Kartu Kredit Merpati Nusantara atau Letter of Indemnity Merpati Nusantara of Purchase with Credit Card, silakan unduh file FORM LOI_Merpati. File ini yang saya peroleh dari Contact Center Merpati, dan saya konversi dari DOC menjadi PDF untuk mempermudah rekan-rekan yang tidak menggunakan MS Office.