Di linimasa saya banyak berseliweran mengenai perkembangan jagad anyar yang disebut sebagai metaverse. Konon, awal mula dari metaverse adalah pembuatan platform virtual dengan efek 3 dimensi yang tujuannya adalah untuk melakukan hubungan sosial, salah satunya melalui komunikasi 2 arah yang interaktif.
Dalam 2 tahun terakhir banyak yang mengalami cara baru bersekolah, bekerja, bertemu dengan orang, yaitu melalui video conference (Zoom, Google Meet, Discord, Microsoft Teams, Cisco Webex, dll). Dengan melihat layar datar, kita bisa melihat kondisi lawan diskusi yang menyalakan kamera dari tempat lain menggunakan perangkatnya. Belum lagi teknologi pertemuan dan kolaborasi 3D semacam Microsoft Hololens, yang biayanya belum bisa terjangkau oleh orang awam.
Metaverse memiliki ketergantungan terhadap sistem komputer dan jaringan yang harus selalu terhubung dan bisa diakses setiap saat. Jalannya metaverse sangat ditentukan oleh adanya perangkat yang menyala terus menerus yang memerlukan sumber daya dari universe. Perangkat keras, orang yang mengelola, catu daya listrik, dan lainnya.
Saya membayangkan orang membeli NFT di platform tertentu dan ada kondisi yang menyebabkan sistem down atau server tidak dapat diakses secara permanen, dan catatan transaksi atas pembelian itu lenyap, maka untuk mengembalikan akan lebih sulit, dan jauh di masa depan akan susah ketika para arkeolog mencoba mencari sisa-sisa peradaban jaman sekarang. Bandingkan dengan sisa-sisa peradaban kuno ribuan tahun lalu yang masih ada tersisa fisiknya.
Belum lagi nanti akan ada banyak penyedia layanan metaverse, sehingga menjadi multi-metaverse yang masing-masing akan menjual kelebihan-kelebihan fitur dan layanan. Ada banyak layanan yang sepertinya akan terseleksi dan tidak bisa mempertahankan layanannya dan sedikit saja yang bertahan.
Orang yang mengakses metaverse juga butuh asupan energi melalui makanan, juga pakaian, dan tempat tinggal. Boleh lah memanfaatkan metaverse, tetapi jangan lupa bahwa kita juga hidup di universe. Atau jangan-jangan universe yang kita tinggali sekarang adalah metaverse dari universe lain?