Sabtu, 10 Oktober 2009

Karena ini Adalah Alam Papua

Ketika saya pertama kali mendarat di Papua di pertengahan dekade ini, yang terasa adalah daerah ini sebagian besar dipenuhi oleh hutan yang sebagian besar masih belum dijamah oleh tangan orang asing. Dengan tingkat polusi yang sangat rendah, bahkan air hujan di sini bisa buat mencuci motor. Saya membandingkan di Jogja, air hujannya bisa merusak cat kendaraan saya, karena kandungan air hujan di dalamnya sudah tercampur dengan berbagai macam limbah hasil dari polusi udara.

Foto Udara Oksibil

Namun demikian, dengan perkembangan beberapa kota yang pesat di Papua, seperti di Jayapura sampai Abepura, Timika, dan Sorong, membuat beberapa wilayah ini didera dengan berbagai macam polusi, mulai dari sampah dan limbah plastik, yang mencemari tanah, sungai dan pantai, serta polusi udara karena banyaknya kendaraan bermotor seiring dengan kemampuan masyarakat dalam memiliki kendaraan bermotor.

Kesadaran dalam melakukan daur ulang limbah tergolong masih minim, karena tidak ada fasilitas pengolahan limbah di Papua, sehingga botol-botol bekas dan plastik jarang ada yang memulung. Memang ada sebagian pengusaha di Jayapura yang menggerakkan orang untuk memulung sisa-sisa plastik dan kaleng untuk dijual, namun dalam hitung-hitungannya yieldnya kecil, karena selain harus membayar dengan harga lebih, barang dan sampah yang ingin didaur ulang itu masih harus dikirim kembali ke Jawa.

Beberapa pembentukan daerah baru melalui proses pemekaran wilayah tak urung juga menimbulkan masalah sampah. Karena jumlahnya masih sedikit, orang-orang di daerah pemekaran wilayah baru masih menganggap pengelolaan sampah menjadi hal yang sepele, kalau tidak dibakar ya ditimbun. Dengan masa penguraian sampah plastik yang mencapai ratusan hingga ribuan tahun agar dapat diurai dengan baik, maka dalam beberapa tahun yang akan datang pengelolaan sampah pastinya akan menjadi masalah di daerah-daerah baru tersebut.

Mari kita jaga alam Papua melalui pengelolaan sampah yang baik, mumpung masih belum terlambat. Jangan sampai nanti ada orang bule yang datang ke Papua mengeluarkan statemen seperti ini:
Outside of the waste, Papua has one of the lowest pollution rates in the world.

3 komentar:

risa mengatakan...

boss..kapan anda ngambil foto Oksibil ini?saya sangat penasaran tentang Oksibil. karena ada sesuatu yang sangat berharga buat saya disana..tolong saya kirimi apapun yang berkaitan dengan Oksibil ya, terutama tentang penduduk dan keamanannya..

dwi utomo mengatakan...

wah ini dia satu lagi blog yang mengupas kehidupan di papua, tetap smangat bang, saya juga pendatang di timika.

Nice share

idi mengatakan...

bln Des 2010 selama 2 mg bisa di Oksibil, kesan saya banyak yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. 2 mg bertani dan survey potensi dg masyarakat sudah dapat saya gambarkan bahwa di Masyarakat Oksibil memeiliki semangat kerja dan sangat terbuka menerima kehadiran siapapun untuk kemajuan Oksibil. Beberapa potensi SDA yg berpotensi ekonomi, buah merah, kentang, ketela rambat dan keladi khas Oksibil, hasil hutan seperti biji sengon, cemara gunung, araucaria, kayu merah, memiliki nilai jual di luar Papua yang cukup tg, dll. Apabila Oksibel tdk dikelola dengan hati hati ke depan bisa rawan terhadap bencana kekeringan, karena hutan di sana memeiliki karakteristik wilayah kars dengan solum tanah yang sangat tipis, sedang reservoir alam sudah menjadi pemukiman.

Posting Komentar