Minggu, 28 September 2014

Menanam Daun Gedi di Yogyakarta

Ketika berada di Papua, tetangga kami banyak yang menanam tanaman daun gedi (edible hibiscus, sayor yondok) atau secara ilmiah disebut sebagai Abelmoschus manihot. Pada suatu kali, saya mengalami sakit radang di Jayapura, dan disarankan untuk merebus daun ini dan memakannya. Saya merebus daun ini bersama sop dan segera memakannya, karena daun ini jika sudah lama dibiarkan setelah dimasak akan menjadi sangat lengket dan berlendir kental. Sifat kental ini yang menjadikan daun gedi menjadi campuran bubur Manado.

Nah, waktu itu pagi hari saya harus mengejar pesawat ke Bandara Sentani menuju ke Jogja. Sebelum berangkat, saya mampir ke Cigombong, karena ada warga yang di depan pagarnya ada tanaman daun gedi. Jadi, saya mau potong untuk dibawa ke Jogja. Ternyata, tanaman itu sudah dibabat habis oleh si empunya rumah karena menghalangi pemandangan warungnya. Akhirnya saya gagal membawa bibit tanaman gedi.

Beberapa hari kemudian, kami berjalan-jalan di dekat tempat tinggal simbah di Sentolo, Kulon Progo. Waktu duduk di teras, saya mengamati ternyata tetangga depan rumah ada tanaman itu dengan jumlah yang sangat banyak. Tanaman itu dia gunakan sebagai pakan untuk ikan gurami yang dipelihara. Saya meminta 2 batang untuk ditanam di rumah Sleman.

Tanaman ini mudah sekali tumbuh. Saya tancapkan 1 batang di tanah belakang rumah dan dalam beberapa bulan sudah menjadi tanaman yang besar dengan daun yang lebat. Jadi, jika saya sewaktu-waktu ingin memasak sayur gedi, tinggal petik daunnya.

Sabtu, 27 September 2014

Wisata Kuliner Jogja Brongkos Alkid

Salah satu kebutuhan utama kita adalah makan. Nah, bagi yang sedang berwisata di Jogja, coba sediakan waktu untuk makan brongkos. Ada banyak warung yang menjual brongkos, salau satunya di Alkid atau Alun-alun Kidul (selatan) di dalam kompleks Kraton Yogyakarta. Brongkos ini dijual di Warung Makan Handayani, di Jalan Gading No. 2.

Brongkos koyor (daging sapi) di sini ditawarkan dengan harga Rp.17.000 per porsi dan untuk brongkos telur Rp.10.000 per porsi. Bagi yang kurang suka daging sapi, masih ada menu lain, yaitu nasi rames dan nasi pecel. Pagi ini kami berkesempatan mengunjungi warung ini. Didukung dengan rasa lapar karena belum sarapan, rasa brongkos yang kami makan sangat pas di lidah.

Kamis, 25 September 2014

Optimalisasi Penggunaan Pesawat Air Asia

Dari apa yang saya baca di sebuah artikel, Air Asia menghemat biaya dengan salah satunya melakukan pengurangan waktu jeda antara suatu penerbangan dengan penerbangan berikutnya apabila menggunakan armada yang sama.

Pengalaman saya tadi, ketika naik pesawat Air Asia QZ7522 dari Jakarta ke Jogja, meskipun jadwal keberangkatannya adalah pukul 10.00 WIB, kami sudah diminta boarding pukul 09.20 WIB. Kami menuju boarding gate dan terhenti di tangga. Saya kira kami akan diangkut dengan bis, karena di depan kami ada pesawat Q7511 dari Denpasar dengan registrasi PK-AZF sedang menurunkan penumpang.

Sambil melihat penumpang terakhir PK-AZF turun dari pesawat, kami dipersilakan menuju pesawat kami menuju ke Jogja. Ternyata kami menggunakan pesawat PK-AZF itu untuk ke Jogja. Bahkan, ketika kami masuk ke dalam pesawat, ground crew masih menurunkan bagasi penumpang dari Denpasar, dan sebagian lagi memasukkan bagasi kami, serta pesawat melakukan pengisian bahan bakar.

Saya hitung pesawat ini di darat hanya sekitar 30 menit. Pengalaman saya dengan maskapai lain seperti Lion Air, hal ini sulit dilakukan karena jika penerbangan menggunakan armada Boeing 737-900, dengan penumpang 215 orang, persiapan keberangkatan menjadi sangat lama. Dan saya sering melihat, penumpang Lion Air sering bawa tentengan bagasi ke kabin lebih banyak.

Saya rasa untuk bisa melakukan hal seperti Air Asia ini, harus ada pelatihan terintegrasi antara seluruh ground staf, cabin crew, dan otoritas bandara layaknya pelatihan kru pit stop pada balapan Formula 1.

Dan kami pun mendarat pukul 10.57, info dari awak kabin, ini adalah 7 menit lebih awal dari yang dijadwalkan.

Rabu, 24 September 2014

Perjalanan Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Pada tanggal 11-19 September 2014 kemarin, saya dan keluarga melakukan perjalanan ke Medan yang dilanjutkan dengan mengunjungi Danau Toba, Pulau Samosir, Berastagi, Kuala Lumpur, dan kembali ke Jogja. Saya sendiri memulai perjalanan dari Jayapura, Papua.

Huta Batak


Berikut ini adalah rangkuman singkat perjalanan kami:
  1. Perjalanan dari Sentani Jayapura ke Medan
  2. Medan, Kuala Namu ke Balige via Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat
  3. Balige ke Porsea
  4. Balige ke Samosir via Parapat
  5. Samosir, Sumarjarunjung, Tongging, Tao Silalahi, Berastagi
  6. Berastagi ke Medan
  7. Keliling Kota Medan
  8. Medan ke Kuala Lumpur
  9. Kuala Lumpur ke Jogja

Jumat, 19 September 2014

Dari Kuala Lumpur ke Yogyakarta

Jadwal pesawat kami dari Kuala Lumpur ke Yogyakarta adalah pukul 15.15 GMT+8. Jadi, kami pagi hari masih sempat jalan-jalan ke Menara Petronas, lalu kembali ke Pasar Seni untuk sarapan dan beraktivitas di sana.

IMG_9463

Agak berbeda dengan perjalanan kami dari KLIA2 ke Kuala Lumpur yang menggunakan transportasi publik, kami pulang dari hotel menggunakan van yang kami sewa dari hotel. Harga sewa van di hotel adalah RM 180 sekali jalan. Sebenarnya, saya biasa menyewa van dari KL ke KLIA2 dan membayar RM 160, namun (mungkin) karena hari Jumat siang, van yang biasa kami sewa tidak tersedia, dan kami menggunakan armada yang disiapkan hotel.

IMG_9491

Sampai di bandara KLIA2, kami melakukan proses check in dan kemudian melewati imigrasi untuk masuk ke ruang tunggu. Tidak berapa lama, kami pun masuk ke pesawat dan terbang menuju ke Yogyakarta. Sampai di rumah, kami sudah disambut dengan bagasi kami yang tiba lebih dulu di rumah, padahal baru sehari sebelumnya kami kirimkan dari Medan ke Sleman dengan paket TDS (two days service) dari Tiki.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Kamis, 18 September 2014

Perjalanan Medan ke Kuala Lumpur

Pagi hari, kami melanjutkan perjalanan dari Kuala Namu ke Kuala Lumpur. Dari Kota Medan, kami naik kereta Railink, karena selain setiap 30 menit ada, kami bisa tiba di Bandara Kuala Namu dengan tepat waktu. Banyak rekan-rekan yang mempertanyakan perjalanan kami ke Kuala Lumpur ini. Selain sekalian jalan, sebenarnya pertimbangan kami adalah biaya pesawat dari Medan ke Jogja via Jakarta dan Medan ke Jogja via Kuala Lumpur hampir sama. Sekalian saja deh kita jalan.

Hotel Geo Kuala Lumpur

Tiba di Kuala Lumpur, kami naik bus dengan biaya RM 10 per orang dari KLIA2 menuju ke KL Sentral, dan melanjutkan naik kereta ke Pasar Seni degan biaya RM 1 per orang. Kami menginap di Hotel Geo Kuala Lumpur yang hanya 100 meter dari stasiun kereta Pasar Seni. Karena kami sudah tiba sore, kami hanya berkeliling di Central Market untuk melihat-lihat souvenir yang ditawarkan. Kuliner di area Pasar Seni tidak perlu dikuatirkan. Meskipun Hotel Geo tidak memiliki restoran, kami bisa memperoleh makanan dengan mudah di kawasan sekitar.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Rabu, 17 September 2014

Wisata Keliling Kota Medan

Seharian ini kami menghabiskan waktu keliling di Kota Medan. Berhubung setelah kami menghitung bagasi kami sangat berat, dan setelah membandingkan dengan biaya bagasi di penerbangan Air Asia, kami akhirnya menggunakan Tiki untuk menerbangkan barang-barang kami ke Jogja. Biayanya hampir sama, namun kami tidak perlu angkat-angkat di bandara karena barangnya akan diantar oleh kurir sampai di rumah kami.

IMG_9432

Sebenarnya kami bukan kelilling kota, kami hanya mengunjungi istana Maimun saja dan pergi makan siang di Centre Poin dan menghabiskan waktu sampai sore di pusat perbelanjaan ini.

IMG_9441

Oh ya, harga souvenir yang ada di parkiran Istana Maimun cukup murah dan bersaing dengan harga di Samosir. Jangan segan untuk menawar jika memang diperlukan.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Selasa, 16 September 2014

Perjalanan Berastagi ke Medan

Setelah selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan dari Sinabung Hills Berastagi menuju ke Medan. Perjalanan dari Berastagi ke Medan dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam dengan jarak tempuh sekitar 66 km. Jalannya menurun dan berkelok-kelok namun lancar. Kami singgah sebentar di Taman Alam Lumbini, yang memiliki pagoda tertinggi di Indonesia. Kuil Buddha ini megah dan katanya adalah replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar (Burma).

IMG_9371

Di perjalanan, kami menyempatkan diri untuk mampir makan durian. Harga durian ditawarkan Rp.25.000-30.000 per butir. Ketika kami makan durian, ada rombongan turis asing yang berhenti untuk melihat. Mungkin karena tidak terbiasa dengan bau durian, mereka keluar dari bus sambil tutup hidung.

IMG_9398

Kami melanjutkan perjalanan ke Medan dan menginap di Hotel Inna Dharma Deli. Hotel ini adalah hotel tua, namun letaknya sangat strategis, berada di tengah Kota Medan. Kami memesan kamar standar, namun setelah masuk, kamar standar berada di gedung lama (bukan bangunan tingkat) dan masuk lorong seperti di bangsal. Kami akhirnya upgrade kamar menjadi deluxe. Ketika kami menginap hotel ini sepi pengunjung, hanya kami dan beberapa tamu yang nampak ada di hotel ini. Seandainya hotel ini diperbarui fasilitas dan pelayanannya, hotel ini bisa menjadi primadona kembali di Medan.

IMG_9405

Selesai masuk hotel, kami keluar lagi dan mencari oleh-oleh. Ternyata, harga souvenir di Samosir jauh lebih murah daripada di Medan. Malam harinya, kami jalan kaki dan makan malam di Merdeka Walk.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Senin, 15 September 2014

Samosir Tongging Berastagi

Bangun pagi, saya duduk di teras Samosir Villa Resort untuk menikmati pemandangan Danau Toba. Pagi itu angin sepoi-sepoi dan cuaca lumayan cerah. Kami dengan tenang bisa melihat banyak kapal yang berlalu-lalang di depan kami. Ada juga kapal penumpang yang singgah di dermaga hotel kami. Tamu hotel bisa naik kapal ini untuk keliling Danau Toba.

IMG_9276

Setelah sarapan, kami segera menuju ke Pelabuhan Simanindo untuk menyeberang ke Tigaras. Rencana awal kami adalah ke Tongging melalui Pangururan dan Sidikalang, namun informasi dari orang di sana, jalannya sedang dalam kondisi kurang bagus dan berbahaya.

IMG_9288

Kami naik kapal feri, namun ukurannya lebih kecil dari feri yang jurusan Parapat-Tomok. Kami membayar tarif feri Rp.139.000 untuk mobil dan penumpang. Setelah menyeberang 30 menit, kami mendarat di Tigaras. Kami naik gunung dan beristirahat di Simarjarunjung. Pemandangan Danau Toba di dari Simarjarunjung sungguh aduhai. Untuk menghilangkan dingin, kita bisa memesan minuman bandrek dan pisang goreng yang disajikan di situ.

IMG_9299

Kami melanjutkan perjalanan menuju ke Tongging, untuk melihat air terjun Sipisopiso. Ketika kami tiba, kami melihat bahwa jalan untuk menuju ke dasar air terjun sangat jauh, sehingga kami tidak turun. Kami hanya melihat air terjun dari parkiran mobil sambil menikmati makan siang di sana.

IMG_9338

Selesai makan siang, kami turun ke Tongging, dan menuju ke Desa Silalahi. Di perjalanan kami berhenti untuk melihat warga di sana yang sedang menenun kain ulos. Komunikasi agak susah juga, karena nenek yang membuat ulos tidak bisa bahasa Indonesia. Sementara kami juga “dang boi marbahasa Batak”.

IMG_9343

Perjalanan kami pun terhenti di Tugu Raja Silahisabungan. Kami berkunjung di situ dan diceritakan oleh Warga di sana mengenai sejarah dan silsilah Raja Silahisabungan, mulai dari awal sampai bisa tiba ke Desa SIlalahi, dan ceritera mengenai keluarga dan anak keturunannya. Di pinggir danau juga banyak mangkuk berisi jeruk purut, yang katanya untuk ritual penyebuhan penyakit, karena menurut masyarakat di sana, Raja Silahisabungan dikenal sebagai orang yang sakti yang menyembuhkan orang sakit pada waktu itu dengan menggunakan media jeruk purut.

IMG_9347

Kami melanjutkan perjalanan untuk mencari penginapan. Jalan yang kami lewati kecil, dan harus hati-hati jika berpapasan dengan mobil yang lain karena jika salah ambil jalan, maka salah satu bisa terperosok ke sisi danau.

IMG_9357

Rencananya sih kami mau menginap di Tongging, lagi-lagi jadwalnya kami ubah, dan kami langsung menuju ke Berastagi. Kami pun balik arah melewati jalan yang kami lalui tadi. Atas rekomendasi dari Pak Kader (driver kami), kami masuk dan menginap di Sinabung Hills. Dengan sisa-sisa tenaga, kami tidak keluar lagi, namun menghabiskan malam di hotel untuk makan dan beristirahat.

IMG_9359

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Minggu, 14 September 2014

Perjalanan Balige ke Samosir

Sebenarnya rencana perjalanan kami berikutnya adalah menuju Tarutung untuk ke Salib Kasih. Namun, setelah diskusi, kami mengurungkan untuk pergi ke sana. Dengan memanfaatkan voucher dari Hotel Ompu Herti, kami mengunjungi TB Silalahi Center, dimana di kompleks tersebut juga ada Museum Batak.

IMG_9179

Selesai mengunjungi TB Silalahi Center, kami langsung menuju ke Parapat untuk naik feri ke Tomok, Samosir. Kami tiba 2 jam lebih cepat dari jadwal feri, sehingga menyempatkan diri makan siang di Hotel Inna Parapat. Mendekati jadwal penyeberangan, kami menuju ke pelabuhan, dan di situ sudah banyak kendaraan antri menunggu untuk menyeberang. Banyak juga pedagang dan anak-anak yang melakukan atraksi berenang di dekat kapal. Biasanya penumpang feri akan menyiapkan uang kertas untuk dilempar ke anak-anak itu. Mereka akan segera sigap untuk berenang mengambil uang yang dilempar oleh para penumpang kapal feri.

Penumpang bisa tetap berada di dalam kendaraan, atau bisa keluar untuk melihat pemandangan selama feri berlayar. Waktu untuk menempuh perjalanan feri dari Parapat ke Tomok adalah sekitar 30 menit.

IMG_9207

Turun dari feri, kami tiba di Tomok, dan belok kiri sedikit ada tempat wisata yaitu makam Raja Sidabutar. Kami berhenti di situ untuk belanja dan mengunjungi makam. Harga souvenir di sini jauh lebih murah daripada beli di Medan, dan jangan lupa untuk menawar untuk mendapat harga spesial.

Selain tempat belanja, di sini ada pertunjukan tari Sigalegale yang bisa ditonton dengan membayar biaya tertentu. Karena sudah sore, kami pun tidak menyempatkan diri untuk melihat pertunjukan ini.

IMG_9258

Selesai belanja, kami segera menuju ke Tuktuk untuk mencari penginapan. Kami akhirnya menginap di Samosir Villa Resort. Hotel ini suasananya nyaman, dan terletak tepat di pinggiran Danau Toba. Kami memilih kamar yang langsung menghadap danau sambil duduk di teras untuk melihat kapal-kapal yang melintas danau di malam hari.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Sabtu, 13 September 2014

Mengunjungi Porsea

Bangun pagi, kami sarapan di Restoran Bunga Toba di depan Hotel Ompu Herti, dengan menggunakan kupon sarapan dari Hotel. Tamu di Hotel Ompu Herti ini juga memperoleh kupon yang bisa ditukar tiket untuk masuk ke Museum Batak di TB Sialahi Center Balige. Selesai sarapan, kami menyewa perahu bebek dengan mesin bertenaga 25 PK untuk berkeliling di tepian Danau Toba. Tarifnya adalah Rp.175.000,- per 30 menit.

IMG_9040

Menuju Porsea, kami mampir sebentar di Pasar Balige. Sama seperti pasar pada umumnya, Pasar Balige adalah tempat untuk mencari barang kebutuhan pokok seperti sayuran, daging, dan beberapa barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Namun, bentuk pasar ini cukup unik karena didesain dengan model Huta Batak, atau rumah adat orang Batak.
IMG_9054

Di Balige, betor (becak motor) banyak yang menggunakan Vespa sebagai pendorongnya. Kalau bodynya dirawat, sebetulnya betor dengan vespa ini cukup unik dan asyik untuk dikendarai. Namun sepertinya kendaraan ini sudah banyak rusak dimakan usia.

IMG_9064
Informasi dari saudara kami yang di Bekasi melalui telepon, salah satu makanan khas Balige  yang patut dicoba adalah bakmi Balige. Di depan Pasar Balige ini banyak kedai yang menjual bakmi Balige yang memiliki citarasa khas. Kami mampir di salah satu kedai ini untuk membeli beberapa bungkus bakmi.
IMG_9065

Usai sudah pembungkusan bakmi Balige, kami melanjutkan perjalanan ke Porsea selama kurang lebih 30 menit dengan melewati Kecamatan Laguboti. Beberapa desa yang kami lewati, yang saya ingat adalah Desa SIlaen, Tambunan, Huta Gaol, dan beberapa desa yang namanya sama dengan marga orang Batak. Kami pun tiba di tempat saudara di Porsea, lalu mengadakan acara ramah tamah.

IMG_9083

Tak lupa, masakan nasional di Tano Batak, saksang, ikan arsik dan makanan lain tersaji dengan lengkap, sambil kami beracara bersama dengan keluarga di Porsea. Semua makanan yang disajikan pada dasarnya adalah pedas, sehingga anak-anak yang tidak kuat makan pedas disiapkan ikan goreng untuk lauk makan mereka.

IMG_9138

Selesai acara, kami pamit kembali ke Balige. Dalam perjalanan, tiba-tiba kami melihat tanda lokasi makam DR. Ludwig Ingwer Nommensen, seorang dari Jerman (dulunya Denmark), yang mewartakan Injil di Tanah Batak. Kami pun menyempatkan diri untuk mampir dan mengunjungi makam tersebut.

IMG_9158

Selesai ziarah, kami pulang kembali ke hotel untuk beristirahat dan mempersiapkan perjalanan kami berikutnya.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Jumat, 12 September 2014

Perjalanan dari Kuala Namu ke Balige

Hari ke-2 di Medan (12/9), saya bangun pagi, sarapan dengan voucher hotel di Starbucks Coffee Stasiun Medan, dilanjutkan dengan jalan kaki melihat sekeliling Lapangan Merdeka. Malam sebelumnya, saya mencoba ke Merdeka Walk untuk makan malam, namun digagalkan oleh hujan. Waktu itu, rencananya jam 1 akan ada tambahan anggota keluarga dari Jogja yang akan mendarat di Kuala Namu, sebanyak 6 orang. Dengan menghitung bagasi yang akan dibawa dan kapasitas kendaraan, maka kami putuskan untuk menyewa kendaraan Isuzu Elf 12 seater untuk perjalanan kami. Selain cukup 1 kendaraan saja, dengan penumpang 7 orang kendaraan tersebut akan terasa lebih lega.

IMG_20140912_102538

Setelah tanya kiri kanan, maka saya menyewa kendaraan dari Medan Holidays, CV Harfina Deli, yaitu perusahaan milik pak Abdul Haris. Kalau mau pesan telepon saja di +62819861009 / +6285261452244, atau email di medanholidays@gmail.com. Bukan promosi, namun saya tulis saja, siapa tahu ada yang memerlukan rekomendasi rental mobil di Medan yang layak dipercaya, dan tentu saja harganya lebih murah. Driver yang mengantar kami namanya Pak Kader, membawa kendaraannya kalem dan santai, sehingga kami semua cukup nyaman di perjalanan. Dengan kondisi jalan yang naik turun di area Danau Toba, maka kendaraan Isuzu Elf ini direkomendasikan. Untuk pilihan sewa KIA Pregio atau Travello di Medan, sepertinya kedua kendaraan tersebut susah diajak naik ke tanjakan dengan muatan penuh. Toyota Hiace Commuter juga bagus, namun harga sewanya bisa 2 kali lipat harga sewa Isuzu Elf. Jalan yang berlubang-lubang, kadang lubang besar juga cukup nyaman dilibas oleh konfigurasi roda Isuzu Elf yang besar ini.

Pak Kader menjemput saya di hotel d’Prima dan kami pun menuju ke Bandara Kuala Namu untuk menjemput pasukan dari Jogja. Ketemu di Kuala Namu, kami melanjutkan dengan acara makan siang dan memulai perjalanan ke Balige melalui Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat.

IMG_20140912_190611

Karena sudah agak sore, maka kami tiba di Balige malam hari sekitar pukul 23.00 WIB, dan kami pun langsung masuk ke Hotel Ompu Herti dan tidur di situ. Perjalanan dari Kuala Namu ke Balige sebenarnya sekitar 4-5 jam saja, namun karena kami mampir ke rumah kerabat di Tebing Tinggi, maka jadwal kami molor 2 jam dari rencana perjalanan kami. Karena lelahnya, kami pun langsung tidur lelap sampai pagi. Suasana Balige cukup dingin, sehingga hotel tidak memerlukan AC untuk mendinginkan ruangan.

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja

Kamis, 11 September 2014

Penerbangan dari Jayapura ke Medan

Tanggal 11/9 ini saya melakukan perjalanan dari Jayapura ke Medan dengan menggunakan maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT-795 (DJJ-CGK via UPG) dilanjutkan dengan JT-202 (CGK-KNO). Berangkat dari Jayapura jam 08.00 GMT+7, sampai Bandara Kuala Namu Medan sekitar sore hari pukul 17.30 GMT+7.

IMG_20140911_070603

Tiba di Bandara Kuala Namu, saya langsung menuju stasiun kereta api bandara yang berada di area kedatangan. Di situ, saya langsung menuju mesin tiket dan membeli tiket dari Kuala Namu ke Stasiun Medan dengan harga promosi Rp.60.000,-.

IMG_20140911_200916

Mesin penjual tiket pun mengeluarkan tiket kereta berikut struk yang berisi informasi nomor kursi tempat saya akan duduk di kereta menuju Medan ini.

IMG_20140911_201312

Saya mencoba membeli dengan menggunakan kartu kredit di mesin penjual tiket itu dan ternyata berhasil dengan mulus. Kereta Bandara Kuala Namu ada setiap 30 menit, sehingga tidak berapa lama kereta sudah siap berangkat dan kami pun masuk ke dalam kereta.

IMG_20140911_201506

Kereta nyaman karena masih baru dan bagus, dan saya berharap KAI bisa menjaga agar kereta ini selalu bagus dengan perawatan yang prima.

IMG_20140911_202754

Tiba di Stasiun Medan, saya langsung menuju ke lantai 3 stasiun untuk menginap. DI stasiun Medan terdapat hotel d’Prima yang terintegrasi dengan stasiun, sehingga untuk masuk ke hotel tidak perlu keluar stasiun, namun langsung naik lift atau tangga ke lantai 3 untuk check in.

IMG_20140911_213216

Kamar hotel ini bersih dan nyaman. Namun, yang tidak biasa dengan suara bising, jangan kaget karena banyak pengumuman stasiun dan kereta yang keluar masuk Stasiun Medan. Nah, kalau sekedar jalan-jalan, langsung saja di belakang stasiun ada Centre Point, tempat perbelanjaan yang lumayan besar dan lengkap di Medan, yang baru saja beroperasi.

IMG_20140911_213231

NB: Tulisan ini merupakan rangkaian perjalanan saya dari Jayapura - Medan - Toba - Samosir - Kuala Lumpur - Jogja