Selasa, 26 Juni 2012

Perjalanan Jakarta - Yogyakarta dengan Kereta Api Fajar Utama Yogyakarta

Secara spontanitas, keluarga kami melakukan perjalanan untuk mengunjungi keluarga di Jakarta. Kami berangkat hari Kamis (21/6) dengan maskapai Air Asia. Beruntung, kami memperoleh tiket promo yang ketika checkout per orang rata-rata dapat harga Rp.300.000. Rencana pulang hari Sabtu ingin naik kereta api, ternyata semua tiket kelas eksekutif sudah habis dipesan. Akhirnya oleh petugas, kami diberikan tiket kelas bisnis Fajar Utama Yogya berangkat Sabtu (23/6) pagi. Karena belum terlalu pengalaman naik kereta, kami baru menyadari kalau kelas bisnis ternyata tidak menggunakan AC. Ingin pindah ke Bogowonto atau Gajah Wong, kereta ekonomi AC, namun oleh petugas dijelaskan bahwa perbedaan dengan Fajar Utama Yogya adalah jok yang lebih empuk.

Berangkat tepat waktu pukul 7.10 WIB, kami merasakan suasana agak nyaman, dan memesan berbagai hidangan. Tiba-tiba saat penyajian kopi panas, anak kami Akio aktif bergerak dan kopi tumpah, dan lengan kanannya melepuh sepanjang 5 x 5 cm. Amat sayang sekali petugas resto yang melayani waktu itu tidak ada insisiatif mencarikan P3K, namun malah kembali ke resto dan membawakan kopi baru. Beruntung satu gerbong dengan penumpang-penumpang yang peduli yang heboh berkumpul dan menolong, mulai dari memberikan plaster, sampai ada turis Indonesia yang sepertinya dari Belanda menawarkan salep dingin. Ketika bertanya kepada petugas makan yang sama yang kembali tentang P3K, dia mengatakan tidak ada P3K di Kereta Api tersebut. Bagaimana mungkin kereta dengan ratusan penumpang tidak menyedian P3K?

Saya lalu menelepon ke call center 121 dan oleh petugas call center diminta untuk menghubungi Kepala Perjalanan. Saya ke gerbong tempat Kepala Perjalanan (Bapak Suryanto), dan beliau bilang nanti kereta akan berhenti di Stasiun Jatibarang dan akan langsung mengatarkan ke fasilitas medis Stasiun Jatibarang. Begitu kereta berhenti di Stasiun Jatibarang, kami diantar oleh Kepala Perjalanan ke fasilitas medis dan segera mendapat pertolongan luka bakar dengan dicuci dengan air infus, lalu dibalut dengan Sufratul. Lalu petugas medis memberikan obat sirup anti nyeri Febryn Ibuprofen. Kepala perjalanan memastikan bahwa kereta baru berangkat setelah penanganan medis anak kami selesai. Setelah penanganan medis selesai, kami masuk ke kereta dan kereta lalu berangkat. Oh ya, sebagai catatan, pelayanan medis tersebut tidak dikenakan biaya, karena insiden terjadi waktu dalam perjalanan. Kepala Perjalanan menceritakan yang sering terjadi adalah luka karena pelemparan batu oleh orang-orang iseng.



Begitu memasuki stasiun Jatibarang sampai Kebumen, pedangang asongan tidak henti-hentinya masuk dan menawarkan barang dagangannya. Karena selama ini saya melakukan perjalanan (kurang dari 5 kali) selalu menggunakan kereta eksekutif, kalau ekonomi pun Prameks dan Madiun Jaya (masing-masing 1 kali waktu ke Solo) yang tidak ada pedagang asongan, agak kaget juga dengan kondisi pedagang yang melakukan itu. Selain itu banyak penumpang yang merokok di bordes. Tidak ada yang mengingatkan, namun untungnya saya tidak melihat petugas KA yang merokok. Selain pedagang, yang kurang nyaman adalah adanya 'pembersih' kereta yang lalu lalang membawa sapu dan pengedarkan kantong uang 'sukarela', yang seringnya memaksa. Padahal di kereta sudah ada outsourcing cleaning service milik PT KA, dan makanan sudah disediakan di gerbong restoran.

Anehnya, begitu dari Kebumen masuk ke Yogyakarta, para pedagang ini sama sekali tidak terlihat. Bahkan memasuki Yogyakarta, petugas celaning service KA membersihkan kereta dan mengumpulkan semua sampah dengan cekatan. Ada apa dengan manajemen KA di area Jawa Barat dan Jawa Tengah (kecuali Klaten-Solo)?

2 komentar:

erricgunawan mengatakan...

Waktu zaman masi nglaju Yogya-Solo, kadang suka numpang Senja Utama atau Fajar Utama. Baik karena ketinggalan Pramex atau gara-gara Pramex-nya mogok.

Kondisinya ya kurang lebih sama seperti itu. Ada yang jual 'mijon-mijon', 'kua-kua', dsb. Ada juga yang jual jasa nyapu-yang-cuma-ngasal-dan-belom-tentu-bikin-bersih. Dan yang paling mengagetkan: jual 'bau'. Jadi ada yang bawa semacam pengharum ruangan gitu, disemprotkan, lalu nyodorin kantong minta duit. Astagaa... :|

Iron Maiden mengatakan...

Bisnis sekarang dah ada AC. K2 juga dah nggak ada asongan sesuai manajemen daop 2 & 3 yang sesuai daop 6.
Tanda kiamat sudah muncul dimana sedikit penumpang yang bertoleransi terhadap asongan. Ego si mas dan lain terlalu tinggi.

Posting Komentar