Sabtu, 04 September 2010

Investasi Pesawat Terbang Perintis

Pesawat udara merupakan salah satu transportasi yang vital di Papua, karena banyak daerah yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat udara. Tidak ada jalan darat yang tembus ke Pegunungan tengah, kecuali Enarotali di Paniai bisa tembus lewat darat dari Nabire.

Bagi daerah yang memiliki landasan antara 400 meter sampai 900 meter, pesawat yang bisa mendarat adalah pesawat dengan spesifikasi STOL (Short Take Off and Landing) beberapa diantaranya adalah: Cessna kapasitas 350 kg/5 penumpang, Cessna 208 Caravan dengan kapasitas 1200 kg/12 penumpang, De Havilland Twin Otter kapasitas 1300 kg/18 penumpang, Pilatus Porter kapasitas 800 kg/9 penumpang, PAC P-750 XSTOL kapasitas 1000 kg.

Cessna 208 Caravan PK-RJS

Pilatus Porter PK-SDI

Bagi yang mau berinvestasi, harga standar pesawat-pesawat tersebut sampai di Indonesia sekitar 4 sampai dengan 25 Milyar Rupiah, tergantung merek, umur, dan konfigurasi pesawat. Biasanya jika kita ingin membeli pesawat baru, oleh pabriknya akan diberi pilihan untuk spesifikasi mesin, sistem navigasi, interior, dan beberapa fitur lainnya. Setelah pilihan ditentukan, maka harga pesawat akan dapat diketahui, dan setelah oke dan dilakukan perjanjian jual beli, selanjutnya pabrik akan segera merakitnya lalu mengirimkan ke pembeli. Untuk delivery ke Indonesia, ada yang diterbangkan langsung dari pabriknya, dengan diberi tangki cadangan yang mirip rudal di pesawat tempur, lalu terbang dan transit di beberapa negara. Namun ada juga yang dikapalkan sampai Singapura, baru setelah itu diterbangkan ke Indonesia.

DHC-4A Caribou PK-YRO

PAC P-750 XSTOL PK-RCD

Sebenarnya pesawat yang saya kagumi adalah Pilatus Porter yang mampu terbang di landasan rumput sepanjang 200 meter saja. Berikutnya adalah De Havilland DHC-4 Caribou, yang bisa muat mobil sekelas Ford Ranger/Mitsubishi Strada, namun hanya memerlukan panjang landasan minimal 500 meter. Cocok sekali untuk di Papua. Namun di Indonesia hanya ada 1 unit Caribou milik maskapai Trigana Air.

Mengapa kita tidak membuat pesawat semacam itu ya? Kalau dibuat sepertinya akan laris manis untuk pesawat cargo maupun militer.

PK-MCD Cessna 185

3 komentar:

GigiSehatBadanSehat mengatakan...

kreatip juga ya investasi pesawat...
sayang belom punya duit milyaran...tapi bisa balik modal kan ya??

Agung N mengatakan...

Makasih atas infonya, segai masukkan untuk tesis saya.GBU

pudjiharto mengatakan...

mas wahyu,
terimakasih tulisannya
menarik sekali main2 di junggle seperti di papua
saya rasa harga pesawat memang mahal
namun kalau di kerjakan satu kampung akan agak ringan
namun harus dengan satu cita2 untuk kehidupan orang banyak
reply dong
apalagi kalau bisa ngobrol2

brgds pudjiharto lppu curug

Posting Komentar