Minggu, 04 Oktober 2009

Teori Kompensasi yang Menyebabkan Krisis Keuangan Global

Menurut beberapa pengamat, keberadaan krisis keuangan selama ini disebabkan karena lembaga keuangan/bank memberikan bonus kepada bankir untuk prestasi jangka pendek, tanpa memperhitungkan resiko jangka panjang yang bisa dialami oleh bank.

The compensation theory is a familiar greed narrative: Bank employees, from CEOs to traders, knowingly risked the destruction of their companies because their pay rewarded them for short-term profits, regardless of long-term risks. It's conceivable this theory is true. But thus far there is no evidence for it—and much evidence against it.


Dari analisa tersebut, saya melihat hal itu juga terjadi di Indonesia, terutama di sektor asuransi. Banyak perusahaan asuransi yang memberikan bonus dengan prosentase di atas 30% dari omzet kepada agennya, dengan tetap menjanjikan kepada pemegang polis bahwa dalam jangka waku tertentu investasinya akan berlipat. Sementara perusahaan masih berjuang dengan resiko membayar klaim (kesehatan, meninggal, kebakaran, kecelakaan, dll) kepada nasabah.

Pada awal tahun 2008 semua orang optimis pasar akan semakin mantap karena perkembangan harga saham yang luar biasa. Semua orang berbondong-bondong berinvestasi melalui asuransi unit link dan reksadana. Saham-saham pun dibeli dengan harga yang menggelembung melebihi harga wajarnya tanpa memperhatikan funsamental perusahaan. Bahkan ada beberapa emiten yang dicurigai berkongkalikong dengan manajer investasi untuk memoles saham perusahaannya agar tampak kinclong, padahal perusahaan merugi dan memiliki segudang masalah.

Hasilnya, ketika kiris keuangan pada pertengahan tahun 2008 terjadi, banyak perusahaan yang hancur, bahkan banyak emiten yang nilai sahamnya pada akhir 2009 turun sampai kurang dari 5 persen nilainya pada awal 2008. Kelihatan sekali kalau seperti balon yang ditiup dan ditusuk jarum. Meledak!

Beberapa raksasa asuransi dan finansial juga menutup usahanya dan mendaftarkan kebangkrutan. Dalam proses pendaftaran kebangkrutan pun mereka masih sempat memberikan bonus jutaan dollar kepada petinggi-petinggi perusahaan?

Saya hanya ingat salah satu kutipan dari Pak Mardin Manurung (Papua) ketika suatu kali bertemu beliau:

"Mas, di situ (sambil menunjuk salah satu gedung), yang banyak sekali uangnya, maka setannya juga semakin banyak."


Sumber yang bisa dibaca:
Bank Pay and the Financial Crisis
Executive Pay and the Financial Crisis: A Refresher Course
http://www.inilah.com/

0 komentar:

Posting Komentar