Kamis, 22 Oktober 2009

Pendidikan di Pedalaman

Pendidikan bisa diperoleh dengan baik apabila terdapat kondisi yang memungkinkan:

1. Adanya Kemauan
Banyak anak-anak yang sebenarnya bisa mengenyam pendidikan dengan fasilitas yang bagus, namun karena malas sekolah akhirnya tidak mau sekolah atau malas belajar, sehingga hasilnya tidak baik.

2. Kualitas Tenaga Pengajar
Kualitas tenaga pengajar juga sangan mempengaruhi kualitas pendidikan. Salah mengajar, hasilnya bisa fatal jika teori yang diberikan guru ditelan mentah-mentah oleh siswa. Bisa dibawa seumur hidup.

3. Fasilitas/Infrastruktur
Fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang bagus sangat menunjang adanya perbaikan kualitas pendidikan.

Berikut ini adalah foto suasana sekolah hasil hunting waktu di Oksibil, Papua.

Foto di depan ruang kelas

Bermain di depan sekolah

Sekolah Indonesia

Gedung Sekolah Rusak

Sabtu, 10 Oktober 2009

Karena ini Adalah Alam Papua

Ketika saya pertama kali mendarat di Papua di pertengahan dekade ini, yang terasa adalah daerah ini sebagian besar dipenuhi oleh hutan yang sebagian besar masih belum dijamah oleh tangan orang asing. Dengan tingkat polusi yang sangat rendah, bahkan air hujan di sini bisa buat mencuci motor. Saya membandingkan di Jogja, air hujannya bisa merusak cat kendaraan saya, karena kandungan air hujan di dalamnya sudah tercampur dengan berbagai macam limbah hasil dari polusi udara.

Foto Udara Oksibil

Namun demikian, dengan perkembangan beberapa kota yang pesat di Papua, seperti di Jayapura sampai Abepura, Timika, dan Sorong, membuat beberapa wilayah ini didera dengan berbagai macam polusi, mulai dari sampah dan limbah plastik, yang mencemari tanah, sungai dan pantai, serta polusi udara karena banyaknya kendaraan bermotor seiring dengan kemampuan masyarakat dalam memiliki kendaraan bermotor.

Kesadaran dalam melakukan daur ulang limbah tergolong masih minim, karena tidak ada fasilitas pengolahan limbah di Papua, sehingga botol-botol bekas dan plastik jarang ada yang memulung. Memang ada sebagian pengusaha di Jayapura yang menggerakkan orang untuk memulung sisa-sisa plastik dan kaleng untuk dijual, namun dalam hitung-hitungannya yieldnya kecil, karena selain harus membayar dengan harga lebih, barang dan sampah yang ingin didaur ulang itu masih harus dikirim kembali ke Jawa.

Beberapa pembentukan daerah baru melalui proses pemekaran wilayah tak urung juga menimbulkan masalah sampah. Karena jumlahnya masih sedikit, orang-orang di daerah pemekaran wilayah baru masih menganggap pengelolaan sampah menjadi hal yang sepele, kalau tidak dibakar ya ditimbun. Dengan masa penguraian sampah plastik yang mencapai ratusan hingga ribuan tahun agar dapat diurai dengan baik, maka dalam beberapa tahun yang akan datang pengelolaan sampah pastinya akan menjadi masalah di daerah-daerah baru tersebut.

Mari kita jaga alam Papua melalui pengelolaan sampah yang baik, mumpung masih belum terlambat. Jangan sampai nanti ada orang bule yang datang ke Papua mengeluarkan statemen seperti ini:
Outside of the waste, Papua has one of the lowest pollution rates in the world.

Minggu, 04 Oktober 2009

Platform Sistem Informasi yang Cocok Untuk Pelanggan

Ketika pertama kali saya menginjakkan ketikan saya di Internet tahun 2000, saya mempromosikan diri sebagai web designer Indonesia, dengan membuat beberapa web dengan javascript yang menari-nari (setelah saya lihat sekarang rasanya norak banget). Tahun 2001 saya memulai menjadi web programmer dengan platform ASP. Lalu kemudian saya melakukan migrasi ke pemrograman PHP yang menurut saya lebih powerfull dan disupport banyak provider hosting.

Schema Information System from urm.cz
Dari situ saya menggembar-nggemborkan yang namanya platform sistem informasi berbasis web, yang saya bilang pada waktu itu merupakan salah satu ide brilian dalam merombak bagaimana sistem informasi digunakan. Mulailah saya memperkenalkan beberapa sistem informasi berbasis web.

Permasalahan terjadi ketika infrastruktur tidak memadahi, tidak ada jaringan LAN dan koneksi internet sama sekali, dan karena keterbatasan listrik di kantor, akhirnya orang pada kerja di rumah memakai notebook. Akhirnya dipaksakan sistem informasi berbasis web diinstall di laptop alias menjadi localhost. Karena banyaknya masalah dengan pemaksaan itu, akhirnya saya menyerah, dan mendukung sistem informasi menjadi destop based. Integrasi data dilakukan melalui jaringan maupun flash disk.

Sekarang setelah ada koneksi Internet yang terjangkau, kami memperkenalkan teknologi hybrid dimana platform desktop dipakai secara offline dan ketika koneksi internet sudah berhasil dilakukan, maka sistem akan melakukan sinkronisasi dengan server web, sehingga data tetap terintegrasi dengan baik.
“The design of good houses requires an understanding of both the construction materials and the behavior of real humans.”
—Peter Morville, 2002
Banyak minimarket dan supermarket yang memakai console, ternyata sampai sekarang masih tetap powerfull dan tahan banting, ada juga yang menggunakan teknologi terbaru malah sering macet.

Kesimpulannya, sistem yang canggih bukan terletak pada teknologinya namun pada bagaimana teknologi tersebut dipakai dengan tepat guna.

Teori Kompensasi yang Menyebabkan Krisis Keuangan Global

Menurut beberapa pengamat, keberadaan krisis keuangan selama ini disebabkan karena lembaga keuangan/bank memberikan bonus kepada bankir untuk prestasi jangka pendek, tanpa memperhitungkan resiko jangka panjang yang bisa dialami oleh bank.

The compensation theory is a familiar greed narrative: Bank employees, from CEOs to traders, knowingly risked the destruction of their companies because their pay rewarded them for short-term profits, regardless of long-term risks. It's conceivable this theory is true. But thus far there is no evidence for it—and much evidence against it.


Dari analisa tersebut, saya melihat hal itu juga terjadi di Indonesia, terutama di sektor asuransi. Banyak perusahaan asuransi yang memberikan bonus dengan prosentase di atas 30% dari omzet kepada agennya, dengan tetap menjanjikan kepada pemegang polis bahwa dalam jangka waku tertentu investasinya akan berlipat. Sementara perusahaan masih berjuang dengan resiko membayar klaim (kesehatan, meninggal, kebakaran, kecelakaan, dll) kepada nasabah.